"Pada saat kita memberikan kalau kita mau ngajarin pasti kita ingin yang baik gitu ya, tapi anak di sisi lain menangkap sebuah peristiwa yang peristiwa itu negatif. kalau diulang ulang maka sambungannya itu kayak kabelnya berulang-ulang semakin kuat ingatannya memorinya," ungkap Aisah Dahlan menjelaskan.
"Yang nanti membedakan waktu sambungan otak ini kayak ada lemnya, kurang lebih 100 jenis memori atau peristiwa ditangkap itu positif maka jenis lemnya lem positif. Sebaliknya kalau peristiwa negatif akan mengeluarkan lem negatif pula," terang Ustazah itu.
Sehubungan dengan ini, apakah marah-marah akan merusak otak anak? ini belum dijelaskan lebih lanjut dr Aisah Dahlan.
Melansir dari Medium, ternyata banyak faktor yang mampu mempengaruhi otak anak bahkan merusaknya.
Dengan begitu, sebagai orang tua diminta untuk tetap berhati-hati dan memantau perkembangan anak-anaknya.
Seperti meminimalkan waktu layar, mendorong aktivitas fisik, mempromosikan nutrisi sehat, memprioritaskan tidur yang cukup, dan mengurangi stres, orang tua dapat mendukung perkembangan otak yang optimal dan meletakkan dasar bagi kesuksesan dan kesejahteraan anak di masa depan.
Apabila dikaitkan dengan sikap orang tua yang hobi marah-marah atau mendidik anak dengan cara kurang baik. Tentu peluang besar anak mengalami stres ada.
Ketika anak sudah stres maka akan ada tingkatannya, kalau anak stres kronis atau berkepanjangan dapat memiliki efek merusak pada perkembangan otak.
Load more