Jakarta, tvOnenews.com - Video tak senonoh melibatkan seorang guru dan murid perempuan di Gorontalo semakin viral menyita perhatian publik.
Aksi tidak senonoh melibatkan antara guru dan murid berinisial D dan P terjadi di sebuah ruangan sekolah di Gorontalo.
Video syur viral tersebut bermula dari aksi seorang siswi memakai seragam Pramuka menyimpan sebuah kamera handphone diletakkan di lemari.
Lemari tersebut berada di bagian pojok salah satu ruangan sekolah untuk memperlihatkan aksi guru dan murid tersebut di Gorontalo.
Ilustrasi seorang pria mendapat link video syur guru dan murid di Gorontalo. (Istimewa)
Kemudian, siswi berseragam Pramuka langsung keluar ruangan setelah menyimpan ponselnya yang sedang merekam video aksi tidak senonoh tersebut.
Tiba-tiba seorang siswi dan guru langsung memasuki ruangan sekolah tersebut secara bersamaan.
Siswi tersebut menyimpan bukunya di lantai dan menghampiri gurunya dalam ruangan tersebut.
Hal tersebut membuat mereka langsung melakukan aksi tidak senonoh tanpa menyadari ada sebuah ponsel yang sedang merekam perebuatannya.
Berdasarkan laporan yang diterima, seorang guru dan siswi tersebut telah memiliki hubungan dan diketahui oleh istri guru tersebut dari 2023.
Sebagai informasi tambahan, video syur tersebut menyebar dalam media sosial diduga berdurasi selama tujuh menit.
Dua menit berada dalam video tersebut memperlihatkan aksi seorang siswi mengenakan seragam Pramuka untuk merekam perbuatan asusila mereka.
Sementara, Penyidik Satuan Reskrim Polres Gorontalo telah menetapkan seorang guru berusia 57 tahun di Kabupaten Gorontalo menjadi tersangka.
Kasubdit Penmas Bidang Humas Polda Gorontalo Kompol Henny Muji Rahayu menyampaikan bahwa tersangka kasus kekerasan seksual telah ditahan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut di Polres Gorontalo.
"Terkait siapa yang merekam serta menyebarluaskan video tersebut, sedang kami lakukan penyelidikan," ungkap Henny di Gorontalo dikutip tvOnenews.com, Jumat (27/9/2024).
Henny menjelaskan hasil pemeriksaannya bahwa aksi tidak senonoh tersebut ternyata sudah dijalani mereka sejak 2023.
Ia menuturkan siswi yang menjadi korban sempat risih. Namun, dia terkena gombalan maut gurunya sehingga menimbulkan perbuatan asusila.
"Pada saat itu, korban sempat merasa risih dan mencoba menolak hingga melakukan perlawanan terhadap oknum guru tersebut, namun karena bujuk rayu pria 57 tahun itu, akhirnya perbuatan tersebut terjadi berulang kali," paparnya.
Hal ini membuat Buya Yahya memberikan penjelasan pentingnya sex education yang diberikan para orang tua kepada anak berkaca dari kasus guru dan murid di Gorontalo.
Dikutip tvOnenews.com melalui tayangan channel YouTube Buya Yahya, Jumat, Buya Yahya menjelaskan tentang sex education.
Dari kasus guru dan murid di Gorontalo, Buya Yahya mengatakan orang tua yang berniat memberikan ajaran kepada anak mereka tentang sex education sebaiknya berhati-hati.
Ia menyebutkan sex education tidak boleh salah langkah yang bisa menyebabkan anak akan melakukan perbuatan asusila.
"Ada ide untuk mengajari anak-anak pendidikan seks tetapi kurang tepat," ungkap Buya Yahya.
Ia mencontohkan cara orang tua memberikan sex education yang salah, seperti gambaran tindakan asusila dan sebagainya.
Menurutnya, hal tersebut akan memicu anak memunculkan keinginan dan penasaran terhadap perbuatan negatif tersebut.
"Jadi mendidik seks untuk anak-anak tidak harus mereka kita beri gambaran alat dan sebagainya, proses itu semuanya tetapi itu alami," jelasnya.
Pengasuh LPD Al Bahjah, Cirebon itu menuturkan bahwa sikap rasa malu menjadi bagian penting diajarkan kepada anak.
Cara tersebut berbanding terbalik terhadap cara mengajar sex education dari gambaran yang diberikan oleh para orang tua.
"Akan tapi pendidikan seks untuk anak-anak justru dibalik bukan di saat harus dibuka tetapi mengajarkan rasa malu," terangnya.
Lanjut, ia menyebutkan rasa malu yang diterapkan harus menumbuhkan rasa takut kepada Allah SWT.
Ia berpendapat bahwa rasa malu tersebut akan menumbuhkan agar menghindari larangan dari Allah SWT.
Ia menambahkan bahwa anak akan selalu terhindar dari perbuatan asusila buntut dari kasus guru dan murid di Gorontalo.
"Rasa malu dan rasa takut kepada Allah, ada suatu ketika tumbuh di hati seseorang itu rasa ingin dengan pasangan lawan jenis sampai ada hubungan intim," tuturnya.
"Tapi bukan dalam bahasa bukan mengajarkan hubungan seks, tapi hubungan seks berita hubungan laki dan perempuan tapi di balik pesan akhlak yang mulia," sambungnya.
Buya Yahya menjamin anak yang diajarkan akan ketakutan adanya adzab dari Allah SWT akan memicu mereka selalu berlindung dan terhindar dari perbuatan asusila.
Terutama anak tidak akan melakukan tindakan tak senonoh yang bukan muhrimnya atau dengan pasangan orang lain.
"Mungkin bisa tentang adzab orang yang melakukan kehinaan dan sebagainya," tandasnya.
(nsi/ant/hap)
Load more