Pendeta van Horen pun menjalankan tugasnya dengan menuntun penghuni di pegunungan Salahutu agar berdiam diri saat turun menuju tepi pantai.
Hal itu bertujuan agar para penghuni negeri tersebut bisa memenuthi segala kebutuhan hidupnya saat berdiam diri di tepi pantai.
Negeri Nani menjadi pembuktian tempat mereka melakukan musyawarah yang telah memutuskan untuk mencari tempat pemukiman saat turun menuju pantai.
Nahasnya, tujuan mereka mencari pemukiman selalu gagal karena didasari tempat tersebut selalu banjir.
Hal ini membuat posisi Sultan Nuhurela bergeser digantikan oleh Johanis Tuhalauruw dan memutuskan tombak pusakanya diambil untuk dilempar ke daratan.
Tak hanya tombak, Johanis juga melemparkan sebuah kiming berupa kelopak kering bunga kelapa yang tertancap di daratan mempunyai bentuk sedikit perbukitan karang.
Moyang Barnadus Reawaruw pun menjadi pemimpin di negeri baru berdasarkan keputusan musyawarah dari raja kampung negeri Nani.
Negeri tersebut membentuk nama Waai yang memiliki makna arti berbagai sunga besar dari Gunung Salahutu menghempit Negeri Waai.
Dari situlah mulai menunjukkan pembentukan empat marga keluarga di wilayah tepi pantai tersebut.
Empat marga keluarga tersebut meliputi Bakarbessy, Tahitu, Lumasina, dan Matapere.
Matapere menjadi pilihan sebagai pemimpin bagi Barnadus yang baru tiba di tepi pantai. Rombongan Barnadus mempunyai tujuan agar Matapere berurusan dengan Belanda.
Namun, Matapere tidak ingin melakukannya membuat Bakarbessy mengganti peran sebagai raja dalam kemimpinan daerah tersebut.
Load more