Jakarta, tvOnenews.com-- Dalam surah An Nisa ayat 147, dijelaskan bagaimana larangan Allah SWT untuk tidak berkata kasar.
Dalam tafsir Tahlili, disampaikan Allah SWT tidak menyukai hamba-Nya yang melontarkan kata-kata buruk kepada siapa pun.
Kata buruk dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara anggota masyarakat dan jika berlarut-larut dapat menjurus kepada pengingkaran hak dan pertumpahan darah, dan dapat pula mempengaruhi orang yang mendengarnya untuk meniru perbuatan itu, terutama bila perbuatan itu dilakukan oleh pemimpin.
"Allah tidak menyukai sesuatu, berarti Allah tidak meridainya dan tidak memberinya pahala,"
Berikut ayat 148, dikutip dari laman Quran Kemenag:
۞ لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الْجَهْرَ بِالسُّوْۤءِ مِنَ الْقَوْلِ اِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًا عَلِيْمًا
Lā yuḥibbullāhul-jahra bis-sū'i minal-qauli illā man ẓulim(a), wa kānallāhu samī‘an ‘alīmā(n).
Artinya: "Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang, kecuali oleh orang yang dizalimi.178) Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Tafsir Kemenag, dijelaskan:
Pada ayat sebelumnya, Allah SWT menerangkan orang-orang munafik dan keburukan sifat mereka. Uraian itu dapat menimbulkan kebencian dan mengundang caci maki dari kalangan kaum muslim.
Maka ayat ini memberikan tuntunan kepada kaum muslim terkait dengan kata-kata yang buruk. Allah SWT, tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara terus terang, kecuali diucapkan secara terpaksa oleh orang yang dizalimi.
Dalam keadaan itu dibenarkan baginya mengucapkannya dalam batas- batas tertentu. Dan Allah Maha Mendengar, ucapan yang baik maupun yang buruk, yang diucapkan secara rahasia maupun terang-terangan, lagi Maha Mengetahui, segala sesuatu yang diperbuat hamba-Nya. (klw)
Load more