Kita tahu berdoa sebagai amalan tepat untuk pemimpin telah dinobatkan bahwa sosok tersebut mampu memajukan negara maupun wilayahnya. Namun ada kala kita masih belum mengetahui bacaan yang mustajab diamalkan dalam doa. Dari Fudhail bin 'Iyadh Rahimahumullah bertukas:
لَوْ أَنَّ لِي دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً مَا صَيَّرْتُهَا إِلَّا فِي الْإِمَامِ
Artinya: "Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku."
Dari Hilyatul Auliya dan Abu Nu’aim Al Ashfahaniy menjelaskan doa untuk diri sendiri hanya bermanfaat kepada kita bukan orang lain, begini bunyinya:
قِيلَ لَهُ: كَيْفَ ذَاكَ؟ قَالَ: إِذَا جَعَلْتُهَا فِي نَفْسِي لَمْ تَعْدُ نَفْسِي، وَإِذَا جَعَلْتُهَا فِي الْإِمَامِ صَلَحَ الْإِمَامُ فَصَلَحَتِ الْبِلَادُ وَالْعِبَادُ
Artinya: Ada yang bertanya padanya, "Kenapa bisa begitu?" Dia menjawab, "Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik." (Hilyatul Auliya’, Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8:77)
Lanjut, cara bersikap yang kedua, nasihat yang diberikan kepada pemimpin dengan hal-hal baik tanpa mengandung cacian.
Kita mengetahui tidak semua pemimpin menyelesaikan tugasnya secara sempurna. Ada berbagai kesalahan dan kemungkaran atas perlakuan mereka. Itu akan menyebabkan kita sulit percaya terhadap mereka.
Namun demikian, cara sikap bijaksana bertajuk pilihan tepat seseorang yang telah dianjurkan agar bisa menuangkan pemikian dari nasihatnya dengan baik.
Load more