وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۗوَاِنْ جَاهَدٰكَ لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۗاِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Artinya: Kami telah mewasiatkan (kepada) manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beritahukan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan. (QS. Al Ankabut: 8)
Anak-anak yang Rebutan Warisan Memutus Silaturahim
Kemudian terakhir, kata Ustaz Adi Hidayat anak-anak yang rebutan warisan maka artinya telah memutus tali silaturahim.
“Memutus silaturahim,” ucap Ustaz Adi Hidayat.
Dalam Islam, memutus tali silaturahim atau hubungan kekeluargaan adalah tindakan yang sangat dilarang.
Menjalin dan menjaga hubungan silaturahim (persaudaraan) dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat penting.
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umat Islam untuk menjaga dan mempererat hubungan dengan keluarga, kerabat, dan saudara seiman.
Maka jika rebutan warisan maka artinya hubungan saudara sedarah renggang dan tali silaturahim terputus akibat perselisihan yang terjadi.
Bahkan dalam Surah Muhammad ayat 22 dan 23, Allah SWT tegaskan dalam firmanNya bahwa orang yang memutus tali silaturahim akan dilaknat.
فَهَلْ عَسَيْتُمْ اِنْ تَوَلَّيْتُمْ اَنْ تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَتُقَطِّعُوْٓا اَرْحَامَكُمْ
Load more