Studi ini menunjukkan bahwa Muslim mengalami "gelombang rasisme yang sangat luas" terkait pakaian, identitas etnis, atau keyakinan mereka, meskipun terdapat perbedaan statistik dalam kehidupan profesional dan sosial mereka di seluruh Eropa.
Lebih dari separuh Muslim yang lahir di Eropa melaporkan diskriminasi berbasis ras saat mencari pekerjaan, yang menunjukkan bahwa mereka tidak diperlakukan sama dibandingkan dengan individu yang memiliki kemampuan bahasa dan kompetensi serupa.
Laporan ini juga menyoroti bahwa perempuan yang mengenakan simbol agama, seperti jilbab, menghadapi diskriminasi yang lebih besar, terutama dalam pekerjaan, dengan 45 persen melaporkan diskriminasi di lingkungan bisnis, naik dari 31 persen pada 2016.
Muslim Eropa juga mengalami tantangan dalam membeli atau menyewa rumah, dengan sekitar 35 persen partisipan menyatakan menghadapi kesulitan karena diskriminasi, dibandingkan dengan 22 persen pada 2016.
Studi ini menekankan bahwa hanya sedikit partisipan yang percaya bahwa melaporkan diskriminasi ke otoritas akan menghasilkan tindakan positif.
'Kita Menyaksikan Peningkatan Rasisme dan Diskriminasi terhadap Muslim di Eropa'
Direktur FRA Sirpa Rautio menyebutkan temuan ini sangat mengkhawatirkan, seraya menyatakan, “Kita menyaksikan lonjakan yang memprihatinkan dalam rasisme dan diskriminasi terhadap Muslim di Eropa"
"Hal ini dipicu oleh konflik di Timur Tengah dan diperburuk oleh retorika anti-Muslim yang dehumanisasi di seluruh benua. Alih-alih memperlebar perpecahan dalam masyarakat kita, kita harus memastikan bahwa setiap orang di Uni Eropa merasa aman, dan dihormati, tanpa memandang warna kulit, latar belakang, atau agama mereka.”
Load more