Shinta tiba-tiba menemukan keluhannya yang di mana mengharuskan dirinya tetap mengenakan hijab secara konsisten. Apalagi, ia mulai merasa kegundahan saat menjelang dimulainya Proliga 2016.
Sebagai pemain voli, ia kerap kali membuka tutup hijabnya. Pasalnya, cara berpakaian pada olahraga tersebut masih sangat ketat hingga belum bisa digunakannya secara sempurna.
Semestinya pada 2008, Shinta telah berniat mengenakan hijab saat dalam lapangan pertandingan. Kebetulan, ia akan menghadapi ajang PON Kalimantan Timur. Sayangnya waktu itu masih belum bisa mewujudkan keinginannya itu.
Seketika kejengehan Shinta mulai meronta-ronta tidak bisa memakai hijab meski sedang menjalani profesinya sebagai pemain voli profesional. Keputusan membuka penutup kepala itu menjadi bagian cara membohongi keinginannya sendiri.
Meski begitu, ia sempat masih belum mengerti ilmu bagaimana dan cara memakainya saat berkiprah di olahraga tersebut. Walaupun, firasat tidak akan bersinar sebagai atlet profesional telah dirasakannya.
Kesadarannya juga bermula saat mendiang neneknya diurus habis-habisan olehnya sampai fase meninggal dunia dan proses pemakamannya. Sebagai Muslimah yang taat agama, ia pun merasa takut akan kembali kepada Sang Penciptanya.
Keputusan itu pun membuatnya berani berbicara dan berkonsultasi kepada pelatih. Bahwasanya ia harus mengenakan hijab saat berposisi sebagai tosser di lapangan bola voli.
Load more