tvOnenews.com - Mantan penyerang Persija Jakarta dan Persela Lamongan, Silvio Escobar mengisahkan perjalanan karier dan mualaf. Statusnya masuk daftar pemain naturalisasi tidak pernah dilirik untuk memperkuat Timnas Indonesia.
Awal mula karier Silvio Escobar berkiprah di Indonesia sejak 2014 silam. Kala itu bermain untuk Persepam Madura saat merumput pertama kali di Tanah Air.
Berdasarkan data Transfermarkt, ia memperkuat Persepam Madura sejak 1 Januari 2014 dari Fernando de la Mora asal Paraguay.
Pada 2015, Silvio Escobar akhirnya berlabuh menuju PSM Makassar. Namun, kiprahnya hanya satu musim bersama Juku Eja.
Selama setengah tahun pada 2016, ia belum berstatus sebagai pemain di klub mana pun. Setelah itu, ia bermain di Perseru Serui pada 2017.
Pada 2019, ia menjadi pemain Badak Lampung FC sebelum unjuk gigi bersama Persija Jakarta.
Saat kepindahannya untuk berseragam Macan Kemayoran, ia berstatus sebagai pemain bebas transfer. Sayangnya lagi-lagi hanya bermain satu musim hingga berpindah ke PSIS Semarang.
Di PSIS Semarang, ia hanya berstatus pemain pinjaman sebelum kembali ditarik oleh Persija Jakarta sampai kontraknya berakhir pada September 2019.
Setelah itu, ia bermain di Mitra Kukar sejak tidak berkostum Macan Kemayoran. Lagi-lagi tak berselang lama harus berlabuh ke tim lain, yakni, PS Tira-Kabo yang kini berubah menjadi Persikabo 1973.
Adapun tim lainnya selama berada di Indonesia, yakni ada PSMS Medan, Persiraja Banda Aceh, Madura United, Semen Padang, dan Persela Lamongan.
Persela Lamongan menjadi tim terakhir kiprahnya bermain di klub langganan yang pernah berkutat pada kompetisi Liga 1.
Kini, mantan juru gedor Persija Jakarta itu menyandang sebagai pemain di Dejan FC yang berlaga pada kompetisi Liga 2 Indonesia.
Sebagai pemain asal Uruguay, ia telah berpindah kewarganegaraan pasca pengambilan sumpah Warga Negara Indonesia (WNI) pada 2020 lalu.
Soal Timnas Indonesia, pemain berposisi penyerang itu tidak terlalu memikirkan bisa membela Garuda. Meski, ada harapan mendapat panggilan dari PSSI.
Kiprahnya yang hampir 10 tahun berada di Indonesia memiliki kisah menarik tertuju pada sisi spiritual hidupnya. Ia memutuskan sebagai penganut agama Islam saat bermain di Tanah Air.
Dilansir dari kanal YouTube Sport77 Official, Jumat (8/11/2024), Silvio Escobar menceritakan secara detail proses mualaf dan perpindahan statusnya sebagai WNI baru-baru ini.
Perihal WNI, Escobar mengaku peran istri, Merry Marsita Escobar yang membuatnya ingin menyandang status WNI. Tujuannya tidak lain menginginkan sang kekasih selalu bahagia.
Saat Escobar menikah dengan Merry kebetulan telah berstatus sebagai pemeluk agama Islam. Ini menjadi salah satu syarat agar proses ijab kabulnya sah.
Namun demikian, Escobar menerangkan awal mula mengenal agama Islam saat pertama kali merumput di Indonesia. Hatinya mulai terbuka ketika menjadi skuad Persepam Madura pada 2014 silam.
"Tahun 2014 ada asisten pelatih di Persepam ajak saya untuk masuk Islam karena saya tanya. Saya lihat teman-teman saya sabar, santai," ungkap Silvio Escobar kepada Sport77 Official.
Perihal pernikahannya dengan Merry yang telah berstatus Islam tidak menjadi halangan baginya mendapat persetujuan dari keluarga. Pasalnya, sanak saudara dan keluarganya berada di Paraguay, negaral asal kelahirannya.
Keluarganya sangat mendukung Escobar untuk bahagia dan menentukan pilihannya sendiri. Apalagi, ia harus membentuk keluarga kecil bersama Merry.
Setelah dukungan dari keluarganya, Escobar menceritakan suatu kisah lucu soal mualaf. Kebetulan dahulu masih belum fasih berbahasa Indonesia.
Dalam suatu kesempatan, Escobar mendapat informasi bahwa akan menjalani prosesi sunat. Sebagaimana ini menjadi tanda agar seorang mukmin menjaga kebersihan dan kesucian hingga menerapkan sunnah Rasulullah SAW.
Informasi sunat ini membuatnya sangat takut untuk berpindah keyakinan ke agama Islam. Ia berpikir alat kelaminnya akan dieksekusi secara keseluruhan.
"Tapi mungkin karena bahasa saya juga kurang bagus, mungkin saya salah paham, karena harus potong. Takut saya, jadi tahun 2014 tidak jadi," jelasnya.
Escobar kebetulan telah berada di Jakarta pada 2015. Ia pun langsung mengorek informasi secara detail kepada temannya yang pernah mengucapkan dua kalimat syahadat.
Berkat temannya, kata Escobar, tidak meragukan tentang sunat. Rekannya mengatakan hanya bagian kulit yang akan dipotong oleh tim medis.
"Jumat pagi saya bangun, saya pun memutuskan sendiri jalan untuk sunat," tuturnya.
Proses sunat tersebut telah berlangsung di suatu klinik. Kebetulan tim medis yang menangani kebanyakan ditemani oleh suster. Momen itu selalu tersimpan dalam memorinya karena kedapatan kisah lucu.
"Saya datang di klinik, saya masuk. Semua suster di situ malu sekali. Tapi ya sudah masuk ya sudah. Terbuka saja," canda dia.
Meski demikian, kondisi tubuhnya mendadak turun drastis. Ia merasakan kesulitan untuk berjalan hingga harus menyesuaikan agar bisa kembali turun ke lapangan.
"Mereka (tim medis) bilang butuh 15 hari untuk sembuh, namun keringnya baru satu bulan. Apalagi belum laser," tandasnya.
(hap)
Load more