Jakarta, tvOnenews.com - Kurniawan Dwi Yulianto adalah salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki oleh Timnas Indonesia.
Kurniawan Dwi Yulianto biasa bermain sebagai penyerang dan satu dari sedikit pemain sepak bola Indonesia yang pernah bermain di Benua Eropa.
Rekor ini menjadikannya salah satu pencetak gol terbanyak kedua setelah Bambang Pamungkas.
Kurniawan kini menjadi asisten pelatih untuk tim Serie B Como 1907, yang dimiliki oleh perusahaan Djarum.
Namun bukan hidup jika tak ada ujian, Kurniawan Dwi Yulianto yang pernah menjadi salah satu pemain terbaik Timnas Indonesia itu juga pernah mengalami kehidupan yang kelam.
Kurniawan Dwi Yulianto pernah tersangkut kasus narkoba.
Saat itu, ia bergaul dengan banyak orang bahkan di luar lingkungan sepak bola.
Namun sayangnya, salah satu dari lingkungan itu ternyata memberikan dampak negatif untuk dirinya.
Untungnya, Kurniawan berhasil bangkit dan dapat membuktikan diri dengan prestasi yang membanggakan.
Padahal, Kurniawan lahir dari keluarga yang taat beragama dan diajarkan untuk tidak pernah meninggalkan shalat lima.
Namun iman seseorang pastilah naik turun dan itu terjadi pula kepada Kurniawan.
Meski telah keluar dari kubangan narkoba, ujian lain juga harus dijalani Kurniawan karena namanya kerap dihina akibat kasusnya saat ia di luar negeri.
“Sempat mau berhenti main bola, dihajar media, lalu balik ke Magelang.” ujar Kurniawan, dikutip tvOnenews.com dari wawancaranya di kanal YouTube Sport Corner.
"Gue kena isu kasus narkoba tahun 2000, stadion dimanapun gua bermain gua diteriakin,” sambung Kurniawan.
Namun Kurniawan lekas menanamkan pemikiran yang positif hingga akhirnya ia berhasil membuktikan kesuksesannya.
Satu hal yang menjadi kalimat ampuh baginya saat itu menurut Kurniawan adalah ucapan sang ibu.
“Tapi almarhum ibu bilang kamu sudah korbanin semua kalau mau ma, main dan tutup mulut semua dengan prestasi,” ujar Kurniawan mengenang ucapan ibunya saat itu.
Kurniawan yang baru berusia 20 tahun saat ujian itu datang mengaku sangat berat menjalaninya.
“Salah satu ujian terberat, memang belum ada netizen namun media blow up semua. Itulah cobaan atlet zaman dulu,” katanya.
Kurniawan mengaku, jika ujian itu datang di zaman ini dirinya belum tentu kuat.
Hal ini karena zaman sekarang Netizen semakin menyeramkan.
“Mungkin kalau gw hidup di zaman sekarang belum tentu kuat. Walaupun menurut gua cobaan gua waktu itu juga berat-berat juga gitu kan beberapa kasus kalau kita ngelawan juga untuk apa gitu kan sekarang lah kita di bully di media apa di sosmed segala macam mau ngelawan satu-satu ribuan mereka,” ujar Kurniawan.
Satu-satunya cara yang bisa dilakukan Kurniawan saat itu adalah menujukkan prestasinya di dunia sepak bola.
“Tutup mulut mereka dengan prestasi udah gitu salah satu jawabannya akhirnya jawab dengan prestasi,” tandas Kurniawan.
“Yang jalanin hidup kan kita, yang buat kuat almarhum nyokap,” ujarnya.
Hingga akhirnya, Kurniawan yang sempat tidak dipanggil Timnas pada 1999 akhirnya kembali setelah membuktikan prestasinya di PSM Makassar.
“Tidak dipanggil timnas di 1999, gua Inget dan tersenyum ingat pesan nyokap tutup mulut mereka dengan prestasi. Gua juara dengan PSM tahun 2000 dipanggil lagi Timnas,” kenang Kurniawan.
Meski pernah terpuruk, dengan mengikuti nasihat sang ibu, Kurniawan kini telah membuktikan dirinya dengan sederet prestasi.
Bersama Timnas Indonesia, Kurniawan pernah meraih beberapa prestasi, termasuk juara di Piala Kemerdekaan 2000 dan posisi runner-up di Kejuaraan Federasi Sepak Bola Perbara pada tahun 2000 dan 2004.
Kurniawan bahkan dihormati sebagai salah satu pemain dengan kontribusi besar bagi timnas, terutama dengan gol-gol penting yang ia cetak dalam berbagai turnamen regional.
Meski sempat menghadapi berbagai tantangan dan kontroversi, semangat Kurniawan untuk terus berkontribusi pada dunia sepak bola Indonesia tetap membara hingga saat ini.
Hingga kini, Kurniawan Dwi Yulianto adalah salah satu legenda sepak bola Indonesia yang akan selalu diingat.
Dari bakat dan kerja kerasnya, Kurniawan Dwi Yulianto telah membuktikan dirinya sebagai pemain dengan dedikasi tinggi.
Kini, selain ilmu sepak bola, pengalaman hidupnya itu kerap dibagikan kepada seluruh muridnya.
Hal ini tentu dengan tujuan agar seluruh pemain sepak bola Indonesia selalu kuat dalam menorehkan prestasi.
Kurniawan Dwi Yulianto lahir di Magelang, Jawa Tengah, pada 13 Juli 1976.
Berikut perjalanan karir dari pria berjuluk "Si Kurus", yang dilansir dari ANTARA.
Kurniawan masuk ke dunia sepak bola profesional dimulai sejak usia muda.
Ketika usianya masih belasan, Kurniawan pergi ke Eropa dan bermain untuk tim remaja Sampdoria di Italia.
Pada tahun 1994, ia lolos untuk bermain di Eropa dalam program PSSI Primavera.
Namun sayangnya, perjalanan Kurniawan di Italia harus terhenti karena masalah dengan PSSI.
Meski demikian, Kurniawan berhasil melanjutkan karirnya di Eropa dengan bergabung bersama FC Luzern, Swiss, dan mencatatkan 12 penampilan serta mencetak 3 gol.
Sepulangnya dari Eropa, Kurniawan melanjutkan karir di Liga Indonesia dan memperkuat beberapa tim besar.
Beberapa tim besar yang pernah diperkuatnya di antaranya PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, dan Persela Lamongan.
Meski pernah terpuruk, namun dengan bakat yang dimilikinya, ia terus menunjukkan performa terbaiknya di lapangan hijau dan menjadi andalan bagi setiap tim yang dibelanya.
Kurniawan juga sempat bermain di berbagai klub dan mencatatkan total 406 penampilan serta berhasil mencetak 200 gol di level klub.
Tak sampai di situ, Kurniawan juga sempat bermain di luar negeri lagi ketika bergabung dengan Sarawak FC, Malaysia, pada tahun 2005-2006.
Namun, karir Kurniawan di klub Malaysia tidak berjalan mulus.
Setelah itu Kurniawan kembali ke Indonesia setelah kontraknya diputus akibat performa yang dinilai kurang memuaskan.
Kurniawan Dwi Yulianto dikenal sebagai salah satu penyerang paling produktif yang pernah membela Timnas Indonesia.
Sepanjang karirnya di Timnas Indonesia, Kurniawan memperkuat Indonesia di berbagai turnamen, termasuk Piala AFF dan SEA Games.
Setelah pensiun sebagai pemain, Kurniawan tak sepenuhnya meninggalkan dunia sepak bola.
Seperti kebanyakan pemain bola lainnya, Kurniawan juga melanjutkan karirnya sebagai pelatih dan telah menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia pada tahun 2018 dan Timnas Indonesia U-23 pada tahun 2019.
Hingga kemudian pada tahun 2020, ia menjajal peran sebagai pelatih kepala di Sabah FC, Malaysia.
Kini, Kurniawan aktif sebagai asisten pelatih di klub asal Italia, Como 1907. (put)
Load more