tvOnenews.com - Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong yang menjunjung tinggi toleransi beragama menyoroti tabiat buruk penggawa Garuda.
"Yang paling penting, jangan pernah melupakan teknik dasar. Kemudian, harus menjaga attitude (sikap-red) karena perilaku kita pasti terlihat," ungkap Shin Tae-yong ikutip, Senin (11/11/2024).
Sebagai pelatih Timnas Indonesia, STY sapaan akrabnya, sangat menyayangkan banyak pemain tidak bisa mengendalikan perilakunya.
Perilaku mereka, menurut coach Shin, semakin tidak terkendali karena kebanyakan pengin memamerkan kualitasnya berusaha memahami berbagai teknik sulit.
"Banyak pemain yang melupakan teknik dasar demi trik yang dianggap keren. Hanya dengan teknik dasar saja mereka sudah bisa menjadi pesepak bola yang baik," terangnya.
Bagi coach Shin, perilaku juga harus tetap dijaga baik di dalam lapangan maupun di luar pertandingan sepak bola.
Pasalnya, ia sangat keras mempersoalkan sikap dan perilaku pemain. Ini merupakan salah satu ketegasan agar menjaga kedisiplinan sebagai pesepak bola profesional.
"Meski pemain bola itu atlet, tetapi perlu memiliki sikap yang baik seperti membantu persoalan sosial di Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, coach Shin pernah buka-bukaan mengenai toleransi beragama yang selalu diterapkan olehnya.
Kepada media asal Korea Selatan, Sportalkorea, Shin Tae-yong menyampaikan salah satu tujuannya saat baru menukangi Timnas Indonesia.
Selain bawa kejayaan untuk Timnas Indonesia, coach Shin sangat memerlukan pengetahuan tentang budaya dan agama di Indonesia. Rata-rata masyarakatnya menganut agama Islam.
"Saat saya baru datang, saya berusaha untuk memahami budaya Islam," ucap dia kepada Sportalkorea dikutip, Senin.
Suami Cha Young-ju ini menjelaskan saat baru tiba di Indonesia langsung ingin bertemu sosok yang memahami agama Islam.
Ia rela mempelajari segala hal tentang ajaran agama Islam untuk kebutuhannya menjaga ketegasan dan toleransi kepada penggawa Garuda.
"Ada seorang dokter beragama Islam di Jakarta. Saya pun mengundangnya untuk mendengar budaya Islam selama sekitar tiga jam," bebernya.
Setelah berdiskusi dengan sosok dokter, ia pun mulai memahami ada waktu di mana para pemain Muslim harus tetap beribadah.
"Saya berjanji kepada pelatih dan atlet lokal agar menghormati waktu beribadah mereka," katanya.
"Dengan ini, saya jadi berkompromi di mana ada yang mengatakan ibadah itu bisa dilakukan pada waktu tertentu," sambungnya.
"Saya melakukannya dengan baik tanpa rasa tidak nyaman dalam latihan," tandas dia.
(ant/hap)
Load more