Hal ini dikaitkan dengan proses wudhu yang tidak hanya membersihkan fisik, tetapi juga menjadi momen introspeksi, taubat, dan penyucian diri, baik lahir maupun batin.
Sebagai contoh, saat seseorang berkumur dalam wudhu, ia tidak hanya membersihkan mulutnya secara fisik, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga lisannya dari perkataan buruk.
Begitu pula anggota tubuh lain yang dibasuh saat wudhu, akan diarahkan untuk perbuatan yang baik.
Oleh karena itu, cahaya yang dimaksud memiliki makna simbolis, yaitu kebaikan yang terpancar dari seseorang setelah berwudhu.
Hal ini tidak ada kaitannya dengan mengelap wajah setelah wudhu.
"Jadi kembali kepada kita saja," jelas Ustaz Adi Hidayat.
"Kalau situasinya sedang rapat kemudian wudhu di toilet, masa rapat sambil basah-basahan. Rapikan saja, nggak papa dilap. Tapi kalau misalnya dalam situasi tahajud, ingin sendiri, tidak ingin dilap pun tidak ada masalah," tutupnya. (gwn)
Load more