وَّاَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاۤءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَّشُهُبًاۖ, وَّاَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِۗ فَمَنْ يَّسْتَمِعِ الْاٰنَ يَجِدْ لَهٗ شِهَابًا رَّصَدًاۖ, وَّاَنَّا لَا نَدْرِيْٓ اَشَرٌّ اُرِيْدَ بِمَنْ فِى الْاَرْضِ اَمْ اَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًاۙ
Artinya: (Jin berkata lagi,) "Sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit. Maka, kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Sesungguhnya kami (jin) dahulu selalu menduduki beberapa tempat (di langit) untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Akan tetapi, sekarang siapa yang (mencoba) mencuri dengar pasti akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki terhadap siapa yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan terhadap mereka." (QS. Al Jinn, 72:8-10)
Sebagai pendakwah karismatik di Indonesia, UAH menyayangkan mengapa masih banyak orang begitu percaya terhadap ucapan dukun.
Bahwasanya dukun menjadi salah satu pekerjaan dilakukan seseorang yang melenceng dalam ajaran agama Islam.
"Jadi kalau Anda pengen meramal, maka Anda berlomba dengan orang jahiliyah," ucapnya.
Kemudian, ia tidak lupa menyinggung orang yang pilih profesi sebagai dukun. Padahal pada zaman dulu telah terjadi banyak ramalan menggunakan beberapa metode.
"Nanti mereka juga akan lomba. Lomba tingkat dukun," tandasnya.
Load more