tvOnenews.com - Publik dihebohkan dengan seorang anak berinisial MAS (14 tahun) di Lebak Bulus yang mengaku mendapat bisikan gaib atau setan sehingga tega menusuk ayah dan neneknya hingga tewas.
Sementara dari makna, bisikan gaib merujuk pada suara, dorongan, atau pemikiran yang tidak berasal dari sumber nyata atau fisik yang terlihat.
Ada beberapa cara dalam Islam yang dapat menjauhkan diri dari bisikan gaib atau setan yang berasal dari setan dan sejenisnya.
Antara lain dengan membaca Al-Qur'an, terutama Ayat Kursi, Surat Ikhlas, Al Falaq, An Nas dan Al Kafirun.
Selain itu seorang Muslim bisa terhindar dari bisikan gaib atau godaan setan adalah jika rutin zikir, terutama saat pagi dan petang.
Namun ada metode dalam Islam yang menggunakan bacaan ayat-ayat Al-Qur'an dan doa-doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Metode itulah yang dikenal dengan nama Ruqyah.
Ruqyah biasanya dilakukan dengan tujuan mengobati berbagai macam penyakit, baik penyakit fisik, mental, maupun gangguan spiritual seperti sihir, jin, atau 'ain (mata jahat).
Ruqyah biasanya dilakukan dengan tujuan untuk meminta perlindungan dan penyembuhan dari Allah SWT.
Ruqyah yang sesuai dengan ajaran Islam disebut dengan Ruqyah Syar'iyyah (dibolehkan), selama memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam syariat Islam.
Adapun syariat Islam yang dimaksud adalah menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an atau doa-doa yang ma'tsur atau doa yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Maka, ruqyah tidak mengandung unsur syirik karena tidak meminta pertolongan kepada selain Allah.
Mengenai ruqyah, salah satunya tercantum dalam hadis Muslim berikut ini.
Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Tidak mengapa melakukan ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan." (HR. Muslim)
Lalu apa sajakah ayat ruqyah? Berikut penjelasan dari Ustaz Adi Hidayat (UAH).
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm(i).
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a).
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
Ar-raḥmānir-raḥīm(i).
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ
Māliki yaumid-dīn(i).
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
Iyyāka na‘budu wa iyyāka nasta‘īn(u),
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ
Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm(a).
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
Ṣirāṭal-lażīna an‘amta ‘alaihim, gairil-magḍūbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn(a).
الۤمّۤ ۚ
Alif lām mīm.
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Żālikal-kitābu lā raiba fīh(i), hudal lil-muttaqīn(a).
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ
Al-lażīna yu'minūna bil-gaibi wa yuqīmūnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqūn(a).
وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ
Wal-lażīna yu'minūna bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablik(a), wabil-ākhirati hum yūqinūn(a).
اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Ulā'ika ‘alā hudam mir rabbihim wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a).
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ
Lā yukallifullāhu nafsan illā wus‘ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tu'ākhiżnā in nasīnā au akhṭa'nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣran kamā ḥamaltahū ‘alal-lażīna min qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih(ī), wa‘fu ‘annā, wagfir lanā, warḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal qaumil-kāfirīn(a).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ
Qul huwallāhu aḥad(un).
Allāhuṣ-ṣamad(u).
Lam yalid wa lam yūlad.
Wa lam yakul lahū kufuwan aḥad(un).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Qul a‘ūżu birabbil-falaq(i).
Min syarri mā khalaq(a).
Wa min syarri gāsiqin iżā waqab(a)
Wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad(i).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
Qul a‘ūżu birabbin-nās(i).
Malikin-nās(i).
Ilāhin-nās(i).
Min syarril-waswāsil-khannās(i).
Allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās(i).
Minal jinnati wan-nās(i).
Itulah ayat ruqyah yang harus dibaca.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, Surat Al Fatihah, Al Baqarah ayat 255 atau ayat kursi, Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nas adalah ayat-ayat yang pokok.
Namun terkadang kata Ustaz Adi Hidayat ada yang menambahkan dengan lima ayat pertama surat Al Baqarah dan penutupnya.
“Maka jika ingin diurutkan sesuai tertibnya, Al Fatihah, lima ayat pertama surat Al Baqarah, ayat kursi, akhir ayat Al Baqarah dan tiga surat terakhir dalam Al-Qur’an yakni Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nas,” sarannya.
Ustaz Adi Hidayat mengatakan, jika konsisten kita latih dengan itu jadikan zikir maka Allah akan mengangkat pengaruh-pengaruh jin setan dalan sejenisnya itu.
“Allah akan mengangkat pengaruh-pengaruh jin itu lalu diangkat diganti oleh Allah dengan kekuatan tauhid, kekuatan-kekuatan Rabbani,” jelasnya.
“Mengangkat sesuatu dalam diri kita lalu mengganti dengan baik itu disebut ruqyah,” lanjut UAH.
Oleh karenanya, lima surah itu kata Ustaz Adi Hidayat (UAH) selalu dipakai dalam zikir.
Wallahu’alam
Load more