Kemudian Gus Baha membacakan contoh yang ada di Al-Qur’an, Surat Ali Imran ayat 159.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya: Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal. (QS. Ali Imran: 159).
Maka berdasar ayat itu, Gus Baha mengingatkan bahwa meski Nabi Muhammad SAW memiliki mukjizat luar biasa. Namun tetap Allah membiarkan hukum sosial yang berjalan.
“Maka di bab sosial Allah SWT membiarkan hukum sosial yang berjalan,” jelas Gus Baha.
“Sampai Ibnu Khaldun bilang, Nabi sebagai nabi kena aturan hukum sosial, meski punya mukjizat kaya apa. Misal ketemu orang harus santun, ketemu anak kecil harus sayang, ketemu orang sepuh harus hormat,” sambung Gus Baha.
Maka bisa bayangkan jika Nabi Muhammad SAW meski bisa mi’raj ke langit namun tidak bersikap baik terhadap sesama manusia.
Load more