Dalam pelaksanaan shalat juga menjadi sarana memohon ampunan dan perlindungan kepada-Nya meski berat dilakukannya telah dijelaskan dalam Surat Al Baqarah Ayat 45, Allah SWT berfirman:
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ
Artinya: "Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya (shalat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS. Al Baqarah, 2:45)
Dalam konteks ini mencirikan shalat sebagai sarana menghindari dosa dijelaskan dalam dalil Al Quran dari Surat Al Ankabut Ayat 45, Allah SWT berfirman:
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Artinya: "Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al Quran) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Ankabut, 29:45)
Namun begitu, ada orang telah meninggikan niatnya untuk merutinkan shalat bahkan sampai menangis tersedu-sedu masih berbuat maksiat yang mengandung dosa besar.
Sebagai pendakwah, UHA menegaskan sebenarnya shalat mengandung amalan kebaikan paling tinggi dan setiap pelaksanaannya tidak akan sia-sia.
Load more