tvOnenews.com - Pendakwah kondang Ustaz Adi Hidayat membagikan cara bagi seorang mukmin sebagai mualaf harus memberikan ucapan selamat Natal kepada keluarganya.
Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan orang yang mualaf dan memiliki keluarga non-Muslim sebaiknya tidak perlu ada unsur paksaan mengucap selamat Natal.
"Kalau dalam lingkup keluarga tapi orang tuanya belum mualaf, konteksnya toleransi ibadah, jangan paksa. Enggak boleh saling mencampuri, silahkan masing-masing," ungkap UAH dilansir dari kanal YouTube Adi Hidayat Official, Rabu (18/12/2024).
Natal merupakan bentuk perayaan sekaligus hari raya di mana tanda umat Kristiani memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
Umat Kristiani biasanya merayakan Hari Raya Natal dilakukan setiap 25 Desember.
Dalam perayaan Natal, setiap rumah-rumah umat Kristiani akan menampilkan keindahan setelah dihias berbagai macam rupa.
Bahwasanya Natal menjadi titik bagi umat Kristiani agar selalu bersyukur dan merasa bahagia untuk menjalani kehidupannya.
Ini mengingat Yesus Kristus memberikan pengorbanan untuk menebus segala dosa-dosa di dunia hingga rela mati demi saat penebusan tersebut.
Dalam agama Islam, ada beberapa pendapat masih menjadi simpang siur soal larangan dan masih memperbolehkan kasih ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani.
Surat An Nisa Ayat 86 menjadi dalil Al Quran terkait memperbolehkan ucapan untuk umat agama lain, Allah SWT berfirman:
وَاِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَحْسَنَ مِنْهَآ اَوْ رُدُّوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبًا
Artinya: "Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan (salam), balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang sepadan. Sesungguhnya Allah Maha Memperhitungkan segala sesuatu." (QS. An Nisa, 4:86)
Dalil Al Quran terkait larangan mengucap hari raya agama lain termaktub dalam Surat Al Furqan Ayat 72, Allah SWT berfirman:
وَالَّذِيْنَ لَا يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَۙ وَاِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا
Artinya: "Dan, orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu serta apabila mereka berpapasan dengan (orang-orang) yang berbuat sia-sia, mereka berlalu dengan menjaga kehormatannya." (QS. Al Furqan, 25:72)
Dalam ayat ini, UAH menjelaskan bagi orang yang mualaf terkhusus umat Muslim agar senantiasa menunjukkan sikap lemah lembut.
Ia mengatakan hal ini sebagaimana untuk menjaga kehormatan sebagai Muslim sekaligus menunjukkan sikap toleransi.
"Jadi ada urusan dunia dan ibadah, spesifiknya ya pergauli orang tua perlakukan dengan cara terbaik dalam konteks kehidupan dunia, karena ini sifatnya sosial," terangnya.
Selain seorang mualaf, Ustaz Adi Hidayat (UAH) mencontohkan tokoh-tokoh yang harus mengucap selamat Natal sebagaimana bentuk toleransi kepada masyarakat Indonesia.
"Misalnya Menteri Agama kan harus berinteraksi sosial, maka dalam konteks ini boleh mengucapkan Selamat Natal, tapi dengan membawa serta menyertakan jabatannya, bukan menyertakan pribadinya," jelasnya.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu membagikan tafsir dalam Surat Al Mumtahanah Ayat 8-9 terkait kebolehan mengucap selamat Natal dengan catatan hanya untuk berbuat baik.
"Konteks ayat itu adalah dalam konteks sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.
Meski begitu, ia mengingatkan spektrum memberikan ucapan selamat Natal tidak mengandung unsur ibadah dan ini sifatnya haram bagi umat Muslim.
Ia menegaskan pemberian ucapan ini hanya bersifat duniawi sebagaimana bentuk makhluk sosial untuk saling menghargai sesama.
"Jadi bisa diatur waktunya. Tadi sifat keduniawian, tak harus bersamaan waktu (Natal) tapi setelahnya," tuturnya.
"(beri hadiah) dengan diniatkan untuk silaturahmi, bukan terkait dengan ibadah. Jadi misalkan datang pada tanggal 26 atau 27, karena ibadahnya sudah lewat," sambung dia.
Bagaimana untuk orang mukmin yang masih ragu ingin mengucapkan selamat Natal karena didasari haram oleh agama Islam? UAH membagikan cara amannya untuk menggunakan kalimat umum.
"Boleh mengatakan kalimat tak langsung yang berhubungan dengan konteks ibadahnya, kalau kata ulama langsung sampaikan dengan kalimat umum, 'selamat ya' kita tak langsung mengambil kalimat yang spesifik pengucapan terkait ibadahnya," tandasnya.
(hap)
Load more