tvOnenews.com - Buya Yahya menyarankan meski hukumnya sunnah, sebaiknya seorang Muslim tidak meninggalkan shalat dhuha.
“Makna dijaga oleh Allah bukan hanya sehat, tapi dijaga untuk tidak melakukan yang haram,” jelas Buya Yahya.
Bahkan Buya Yahya mengungkapkan bahwa shalat dhuha juga dapat menjadi pengganti sedekah.
Dalam Islam, shalat dhuha merupakan salah satu amalan sunnah yang dilakukan setelah fajar hingga sesaat sebelum dzuhur.
Sementara sedekah sendiri adalah salah satu bentuk syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan.
“Shalat dhuha yang kita laksanakan itu mewakili syukur atas nikmat Allah yang diberikan kepada kita,” jelas Buya Yahya.
“Lakukanlah dhuha,” sambungnya.
Berikut hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan bahwa shalat dhuha dapat menjadi pengganti sedekah bagi seluruh persendian dalam tubuh manusia, dilansir dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI).
عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
Dari Abu Dzarr, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Ada sedekah (yang hendaknya dilakukan) atas seluruh sendi salah seorang dari kalian. Karena itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan semuanya itu dapat tercukupi dengan dua rakaat dhuha.” (HR. Muslim no. 720)
Waktu shalat dhuha adalah sejak matahari terbit hingga sesaat sebelum dzuhur.
Namun banyak kita yang beraktivitas sejak pagi. Lantas lebih baik shalat dhuha di rumah apa di kantor?
Buya Yahya menjelaskan bahwa semua shalat sunnah lebih bagus jika dilakukan di rumahnya.
“Lebih bagus dilakukan di rumahnya, kecuali shalat dhuha bagi yang saat itu ada di masjid,” ujar Buya Yahya.
“Jika setelah shalat subuh tetap berdiam di masjid, lalu dhuhanya di masjid tak apa,” sambung Buya Yahya.
Kemudian Buya Yahya menjelaskan bahwa itu adalah kaidah yang pertama.
Sementara kaidah kedua adalah tergantung kenyamanan.
“Kaidah kedua yang paling nyaman bagi Anda, yang bisa mendorong kekhusyuk-an,” jelas Buya Yahya.
Jadi, Buya Yahya menegaskan jika di rumah tak bisa khusyuk maka lakukanlah di kantor.
“Jika kantor Anda membuat ibadah Anda khusyuk silahkan. Asal ibadah tak mengganggu kerja,” tandas Buya Yahya.
“Jika Anda kerja ya ibadahnya kerja Jangan shalat terus,” kata Buya Yahya seraya mengingatkan.
Jadi meski shalat dhuha diutamakan di rumah, namun boleh dilakukan di tempat di kantor.
“Minimal dua rakaat, paling sempurna delapan rakaat,” jelas Buya Yahya.
Buya Yahya memberikan tips kepada orang yang tidak bisa melakukan shalat dhuha di rumah atau di kantor.
“Jika di rumah tidak bisa dan di kantor harus langsung kerja, shalat di atas kendaraan," saran Buya Yahya.
Hal ini kata Buya Yahya dilakukan Nabi Muhammad SAW.
“Nabi tidak pernah meninggalkan shalat sunnah meski dalam perjalanan,” kata Buya Yahya.
Saat dalam perjalanan, arah kendaraanmu adalah kiblat.
Kecuali kendaraannya berhenti, arah kiblat harus ke arah Ka’bah.
“Nabi saat mengendarai untanya tetap shalat,” ujar Buya Yahya.
Buya Yahya menyarankan hal ini. Siapa yang mengamalkannya maka pasti shalat sunnahnya jadi banyak.
“Nabi pernah melakukan, jadi jangan ragu,” kata Buya Yahya.
Adapun bacaan dari niat shalat dhuha adalah sebagai berikut:
اُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli sunnatad dhuha rok’ataini lillaahi ta’ala.
Artinya:“Aku niat melakukan sholat sunah Dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.”
Kemudian, setelah selesai shalat dhuha, dianjurkan membaca doa berikut ini:
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allahuma inkaana rizqi fis samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’asaran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ‘ibadikash shalihin.
Artinya:“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh.”
(Lihat: Abu Bakar Syatha ad-Dimyati, I’anatut Thalibin, juz 1, hal 295)
Itulah penjelasan mengenai shalat dhuha dan keutamaannya yang dirangkum dari ceramah Buya Yahya yang diunggah di kanal YouTube Al-Bahjah TV.
Wallahu’alam bishawab
(put)
.
Load more