tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat (UAH) memberikan pesan mendalam kepada para ustaz, pendakwah,kiai,ulama, guru atau siapapun yang dititipi ilmu.
“Sosok yang diasuh oleh istri Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sosok yang diasuh oleh para sahabat didoakan oleh para sahabat didoakan oleh Umar Bin Khattab radhiallahu taala Anhu,” kata UAH, dikutip dari ceramahnya yang diunggah di
Imam Hasan Al Basri adalah salah satu ulama besar yang dikenal sebagai seorang tabi’in (generasi setelah sahabat Nabi) yang memiliki ilmu mendalam, akhlak mulia, dan kezuhudan yang luar biasa.
Imam Hasan Al Basri adalah sosok yang dihormati dalam bidang ilmu fikih, tafsir, hadis, serta spiritualitas (tasawuf).
Ustaz Adi Hidayat mengingatkan bahwa di antara wasiat beliau adalah pesan kuat beliau bagi para penuntut ilmu.
Apa pesan Imam Hasan Al Basri yang disampaikan oleh Ustaz Adi Hidayat?
Pesan itu adalah hukuman bagi orang yang dititipi ilmu tapi hatinya mati dengan tanda memasang tarif bagi ilmunya.
“Beliau menyampaikan sungguh hukuman bagi ilmu itu ialah wafatnya hati matinya hati,” jelas UAH.
“Nah jadi ada nestapa ilmu ilmu yang nestapa ilmu yang terhukum ya punya ilmu tapi terhukum,” sambung UAH.
Maksud Ustaz Adi Hidayat terhukum adalah ustaz-ustaz atau kiai yang dalam tanda petik atau para pengajar-pengajar atau guru-guru di sekolah atau siapapun yang dititipi ilmu buat ngajar tapi hatinya mati.
“Dia punya ilmu ngajar tapi hatinya mati ilmunya terhukum,” ujar UAH.
Orang yang dititipi ilmu namun hatinya mati maka kata Ustaz Adi Hidayat kurang kurang layak untuk diambil ilmunya.
Apa yang dimaksud dengan matinya kalbu itu sehingga ilmunya terhukum?
Ustaz Adi Hidayat kemudian menjelaskan maksud Imam Hasan Al Basri tentang hati yang mati adalah ketika kondisi hati yang menuntut dunia.
“Beliau menjawab yaitu kondisi hati yang menuntut dunia dengan menampakkan amalan akhirat,” kata UAH.
Apa maksud cuma yang ditampakkan amalan akhirat tapi hati menuntut dunia?
“Kayak ngajar Qur’an tapi ternyata yang dicari tarifnya,” jelas UAH.
Misal ketika diminta mengaji di satu acara pengajian, sebelum melakukannya ustaz tersebut sudah menyebut tarif.
“Ini mautul Qolbi nih ya nanti ngajinya cuman kedengaran suara gelombang-gelombangnya aja tuh echonya tinggi tapi yang dicari apa dunianya ya,” kata UAH.
“Tidak semua begitu ini cuma ditandai aja kalau ada yang begitu hatinya mati. Maka nanti bacaannya enggak sampai ke jiwa apalagi ke pengantin,” sambung UAH.
Maka Ustaz Adi Hidayat menyarankan, jika anak didik tidak berkembang dengan baik di salah satu sekolah, cek terlebih dahulu guru-gurunya,
“Ini pengajar demikian jadi kalau di sekolah-sekolah Islam murid-muridnya tidak berkembang baik coba cek gurunya, cek pengelolanya niatnya benar enggak bikin sekolah itu ada nama Islamnya loh. Dihisab,” pesan UAH.
“Itu hisab di hari kiamat anaknya berislam enggak ituh? anak didiknya jangan-jangan spp-nya aja makin besar, jangan-jangan guru yang datang pun datangnya mencari amplopnya saja,” sambung UAH.
Ini sangat penting karena jika hati pengajar, baik ustaz, kiai, guru sudah terikat dengan dunia maka ilmunya tidak akan berkah.
Ustaz Adi Hidayat mengingatkan bahwa setiap manusia, rezeki sudah Allah SWT atur dan pasti cukup.
“Ngajar di mana sekian gajinya berapa sementara dia yakin rezeki sudah diatur oleh Allah,” jelas UAH.
“Ini saya tidak bicara di level biasa saya level pengajar bicaranya di level pengajar kalau sudah orientasi gurunya ustaznya pengajarnya hanya mencari dunia maka ilmunya tidak akan berkah,” tegas UAH.
Itulah yang kata Ustaz Adi Hidayat tidak memberikan pengaruh ke hati ke jiwa-jiwa anak didiknya.
“Coba cek sekolah itu, shalatnya bagaimana anak-anak itu kenal Allah enggak ngajinya bagaimana,” saran UAH.
Maka, saran Ustaz Adu Hidayat, kalau ada perkembangan anak tidak seperti yang diharapkan yang dicek pertama kali bukan keadaan anaknya tapi gurunya.
“Yang pertama coba bagaimana cara guru mengajarnya bagaimana niatnya,” nasihat UAH.
Maka menurutnya, sangat penting mengembalikan niat kepada amal akhirah Wa tholabul akhirah.
“Jadi kalau misalnya Anda menemukan orang-orang yang mengajar belum apa-apa bicaranya sudah dunia ah itu Hatinya sudah mati,” kata UAH.
Saran UAH jangan lanjutkan belajar dengan pemberi ilmu yang seperti itu,
“Ilmunya terhukum. Bagaimana Anda bisa belajar dari sosok yang ilmunya pun terhukum?” tanya UAH.
Maka saran UAH, jika Anda mengundang ustaz, kiai atau pemberi ilmu apa saja jika sudah minta tarif di awal maka lebih baik dicoret.
“Kalau Anda ngundang orang yang dalam tanda petik disebut ustaz itu sudah minta tarif di awal udah coret,” saran UAH.
“Karena yang bersangkutan sifatnya dicoret oleh para ulama,” lanjut UAH.
Hal ini karena orang berilmu itu berdasarkan kitab Imam Hasan Al Basri ilmunya terhukum.
“Nanti kalau pun datang, ilmunya diikat dengan tarifnya segitu aja,” ujar UAH.
“Anda bisa ketawa saat itu, tenang saat itu, habis itu muncul lagi masalah enggak selesai jadi solusi gitu aja,” sambung UAH.
Maka tidak ada manfaatnya dan UAH mengingatkan itu bukannya ia yang mengatakan namun kitab.
“Enggak ada manfaat ada yang nyampaikan bukan saya ya dari isi kitab,” ujar UAH.
Oleh karenanya, UAH ajak semua ustaz, ulama untuk kembali ke jalan yang benar.
“Makanya ulama-ulama kembalilah ke jalannya yang betul itu jadi ahli kitab jangan jadi ahli proposal,” nasihat UAH.
Wallahu’alam
(put)
Load more