tvOnenews.com - Emha Ainun Nadjib atau lebih dikenal sebagai Cak Nun, adalah tokoh budayawan yang kerap memberikan pandangan tentang berbagai isu, termasuk hubungan antarumat beragama.
Dalam sebuah acara, ia menjawab pertanyaan mengenai boleh atau tidaknya seorang Muslim mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani.
Pandangan Cak Nun ini disampaikan dengan gaya khasnya yang santai namun tetap berlandaskan nilai-nilai agama.
Dalam salah satu sesi Kenduri Cinta, Cak Nun membahas pertanyaan tentang hukum seorang Muslim mengucapkan selamat Natal.
Ia memulai dengan guyonan yang membuat para jamaah tertawa.
“Pertama, kalau anda mengucapkan hari Natal, apa otomatis jadi Kristen? Begitu nulis hari Natal, loh kok Kristen aku,” ujar Cak Nun disambut gelak tawa hadirin.
Melalui humor ini, Cak Nun mengajak jamaah untuk berpikir lebih logis dan tidak reaktif terhadap permasalahan yang sering kali menjadi kontroversi di masyarakat.
Ia membandingkan ucapan selamat Natal dengan menghadiri resepsi pernikahan teman.
“Kita datang dan apakah harus setuju sama menantunya? Kok pilih itu, gak yang sana saja? Harus setuju gak? Meskipun gak setuju kan harus datang. Bahwa dia punya menantu siapa, itu urusan beliau,” jelasnya.
Menurutnya, menghadiri resepsi atau mengucapkan selamat tidak berarti seseorang harus setuju dengan isi atau keyakinan acara tersebut.
Hal ini, kata Cak Nun, lebih kepada menjaga hubungan baik dan sopan santun kepada sesama manusia.
Cak Nun juga menegaskan bahwa Natal, dalam pandangannya, bukanlah sesuatu yang berkaitan dengan teologi Islam.
Ia menyebut bahwa Natal lebih merupakan bagian dari budaya daripada ibadah agama yang bersifat mutlak.
“Itu ibadah muamalah, bukan ibadah mahdhah. Sekedar budaya. Jadi ya gak apa-apa mengucapkan. Cuma kalau ingin menghibur orang yang melarang, ya jangan mengucapkan,” selorohnya.
Dengan pernyataan ini, Cak Nun ingin menunjukkan bahwa ucapan selamat Natal tidak perlu dianggap sebagai bentuk pengakuan teologis, melainkan sebagai wujud penghormatan budaya.
Lebih lanjut, Cak Nun mengingatkan pedoman penting yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu ayat terakhir surat Al-Kafirun: Lakum dinukum waliyadin (Untukmu agamamu, dan untukku agamaku).
Ayat ini, menurutnya, menjadi dasar umat Islam untuk bersikap terhadap perbedaan agama.
Ia mengajak umat Islam untuk tidak bersikap keras terhadap umat lain, namun tetap bersikap tegas dan menjaga identitas keimanan.
“Kita itu jangan bersikap keras pada mereka, tapi bersikap tegas,” tegas Cak Nun.
Cak Nun juga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan semua orang, terlepas dari perbedaan agama.
Ia mengingatkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak dan sopan santun dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
“Yo sak karep-karepmu (Ya sesuai kemauanmu). Pokok anda punya acara, saya ingin bersopan santun dengan anda, perkara muatannya apa itu urusanmu,” ujarnya.
Bagi Cak Nun paling utama adalah menjaga keharmonisan dan saling menghormati, tanpa melupakan prinsip-prinsip agama yang sudah jelas.
Namun, bagi yang merasa tidak nyaman atau berbeda pendapat, ia juga menghormati keputusan tersebut. (adk)
Load more