tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat ingatkan agar setiap pendakwah jangan pernah mencari popularitas dan memonopoli jemaah.
“Ini diingatkan di dalam surah yang sangat disukai dan jadi favorit Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ,” kata UAH, dikutip tvOnenews.com dari ceramahnya yang diunggah di YouTube Adi Hidayat Official.
“Al Ghasyiyah dibacakan dalam subuhnya,” kata UAH.
“Nabi selalu mengingatkan dirinya dengan surat ini. Muhammad Ingatkan orang tugasmu hanya untuk mengingatkan bukan menguasai orang lain bukan memonopoli sesuatu,” sambung UAH.
Berikut bacaan surat Al Ghasyiyah ayat 21 dan 22.
فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ ٢١
Artinya: Maka, berilah peringatan karena sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanyalah pemberi peringatan.
لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ ٢٢
Artinya: Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.
Maka dari itu, setiap ulama, ustaz, guru jangan pernah merasa akan menguasai jemaah atau anak didiknya.
Hal ini karena tugas mereka hanyalah memberikan peringatan.
“Nabi aja diingatkan apalagi ustaz. Adi tugasmu hanya menyampaikan bukan monopoli jemaah atau memaksa jemaah,” kata UAH.
“Misal jangan ngaji sama orang ya itu sama siapa ustaz itu, ngajinya di sini aja,” sambung UAH seraya mencontohkan.
Hal itu sama sekali tidak boleh dilakukan oleh setiap pemberi ilmu karena jelas tugasnya hanya menyampaikan.
“Gak boleh. Silakan lepaskan. Maka bagaimana cirinya supaya ilmu berkah supaya muridnya juga berkah ya dari guru tadi yang disampaikan kita ikuti kita cari dengan baik lalu sambil mencari itu kita pun perbaiki diri,” jelas UAH.
“Jangan sampai gurunya sudah baik muridnya yang tidak baik,” sambung UAH.
Itulah pesan UAH terhadap para pemberi ilmu, seperti ustaz, ulama atau guru.
Selain pesan tersebut, Ustaz Adi Hidayat juga menyampaikan pesan dari Imam Hasan Al Bashri.
“Sosok yang diasuh oleh istri Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sosok yang diasuh oleh para sahabat didoakan oleh para sahabat didoakan oleh Umar Bin Khattab radhiallahu taala Anhu,” kata UAH.
Imam Hasan Al Basri, salah satu ulama besar yang dikenal sebagai seorang tabi’in (generasi setelah sahabat Nabi) yang memiliki ilmu mendalam, akhlak mulia, dan kezuhudan yang luar biasa memberi banyak wasiat yang salah satunya pesan bagi para penuntut ilmu.
Pesan itu adalah hukuman bagi orang yang dititipi ilmu tapi hatinya mati dengan tanda memasang tarif bagi ilmunya.
“Beliau menyampaikan sungguh hukuman bagi ilmu itu ialah wafatnya hati matinya hati,” jelas UAH.
“Nah jadi ada nestapa ilmu ilmu yang nestapa ilmu yang terhukum ya punya ilmu tapi terhukum,” sambung UAH.
Maksud Ustaz Adi Hidayat terhukum adalah ustaz-ustaz atau kiai yang dalam tanda petik atau para pengajar-pengajar atau guru-guru di sekolah atau siapapun yang dititipi ilmu buat ngajar tapi hatinya mati.
Orang yang dititipi ilmu namun hatinya mati maka kata Ustaz Adi Hidayat kurang kurang layak untuk diambil ilmunya.
Apa yang dimaksud dengan matinya kalbu itu sehingga ilmunya terhukum?
Ustaz Adi Hidayat kemudian menjelaskan maksud Imam Hasan Al Basri tentang hati yang mati adalah ketika kondisi hati yang menuntut dunia.
“Beliau menjawab yaitu kondisi hati yang menuntut dunia dengan menampakkan amalan akhirat,” kata UAH.
Apa maksud cuma yang ditampakkan amalan akhirat tapi hati menuntut dunia?
“Kayak ngajar Qur’an tapi ternyata yang dicari tarifnya,” jelas UAH.
Misal ketika diminta mengaji di satu acara pengajian, sebelum melakukannya ustaz tersebut sudah menyebut tarif.
“Ini mautul Qolbi nih ya nanti ngajinya cuman kedengaran suara gelombang-gelombangnya aja tuh echonya tinggi tapi yang dicari apa dunianya ya,” kata UAH.
“Tidak semua begitu ini cuma ditandai aja kalau ada yang begitu hatinya mati. Maka nanti bacaannya enggak sampai ke jiwa apalagi ke pengantin,” sambung UAH.
Maka Ustaz Adi Hidayat menyarankan, jika anak didik tidak berkembang dengan baik di salah satu sekolah, cek terlebih dahulu guru-gurunya,
“Ini pengajar demikian jadi kalau di sekolah-sekolah Islam murid-muridnya tidak berkembang baik coba cek gurunya, cek pengelolanya niatnya benar enggak bikin sekolah itu ada nama Islamnya loh. Dihisab,” pesan UAH.
Wallahu’alam
(put)
Load more