tvOnenews.com -Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surat ke-9, At Taubah ayat 36 tentang empat bulan hurum atau haram dalam Islam dimana salah satunya Rajab.
“Jumlah bulan yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala di dalam kitabnya sejak muda penciptaan langit dan bumi berjumlah 12 bulan dalam setahun,’ ujar UAH, dikutip tvOnenews.com pada Sabtu (28/12/2024) dari YouTube Adi Hidayat Official.
Di antara 12 bulan itu ada empat yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai bulan hurum atau haram.
“Bulan hurum adalah bulan-bulan tertentu yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dari jumlah 4 bulan tadi dalam riwayat sahabat Ibnu Abbas,” jelas UAH.
Kemudian, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menegaskan, tiga dari empat bulan haram itu berada berurutan.
“Yaitu bulan ke-11 Dzulhijjah bulan ke-12 dan Al Muharram bulan yang pertama,” ujar UAH
Sedangkan satu dari empat itu terpisah berada pada posisi yang ke-7 yaitu bulan Rajab.
“Keempat adalah bulan Rajab yang terurut pada urutan bulan ke-7 dalam tahun Hijriyah, yang diagungkan oleh suku Mudhar, pada saat itu dan berada diantara bulan jumada dan bulan Sya'ban,” tandas UAH.
Rajab secara bahasa kata Ustaz Adi Hidayat berarti sesuatu yang diagungkan. karena pada masa itu orang-orang jahiliyah, khususnya suku muda yang menjaga keagungan di bulan Rajab ini menjadikan penghormatan terhadap bulan ini.
“Begitu istimewa karena memang mengetahui turunan-turunan sejarah kemuliaan dari bulan ini,” tutur UAH.
Kemudian ditegaskan dalam Al-Qur’an dengan nama hurum, bulan haram bulan yang sangat dihormati.
“Bulan yang terjaga dari segala nilai-nilai keburukan, bulan yang terjaga dari segala tindakan-tindakan kontra produktif, perilaku-perilaku maksiat,” pesan UAH.
Bahkan untuk menjaga kemuliaan bulan ini, sejahiliyah jahiliyahnya umat di masa lalu mereka tetap menghormati bulan ini.
“Sejahiliyah jahiliyahnya umat di masa lalu mereka tetap menghormati bulan ini dengan mengadakan perdamaian diantara suku-suku yang bertikai,” jelas UAH.
Mereka sepakat tidak berselisih di bulan ini tidak berperang di bulan ini dan berusaha untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan.
“Sehingga melahirkan harmoni dalam konteks kehidupan sosial,” ungkap UAH.
Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan keutamaan-keutamaan yang ditegaskan dalam Al-Qur’an dan juga dijelaskan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam tatanan-tatanan hadis beliau.
“Maka bila telah masuk di bulan-bulan mulia itu Allah menegaskan pesan yang kuat kepada kita jangan sampai kita berbuat zalim di bulan bulan itu,” pesan UAH.
Pemaknaan ini diterangkan oleh sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ta'ala anhuma yang seakan memberikan kesan kepada kita.
“Beliau menegaskan di bulan itu adalah bulan tempat berlatih kita menunaikan amalan-amalan Mulia menjauhi perbuatan-perbuatan yang kontraproduktif,” saran UAH.
“Dimana dengan penegasan ayat ini memberi kesan orang yang meningkatkan ibadah mengukir perbuatan mulia maka akan dilipatgandakan pahalanya,” sambung UAH.
Jika melakukan amalan maka pahala dilipatgandakan maka orang yang sengaja berbuat maksiat juga berlipat pula dosa untuknya.
“Karena ayat Al-Qur’an tegas mengatakan dalam bentuk larangan. Jangan sekali-kali kalian berbuat zalim pada diri kalian di bulan-bulan yang dimaksudkan,” nasihat UAH.
Itulah yang dikatakan oleh sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ta'ala anhuma, sang penafsir Al-Qur’an yang dikukuhkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bergelar turjumanul Al-Qur’an.
“Untuk itu para ulama menghimpun petunjuk-petunjuk dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam terkait dengan keutamaan bulan Mulia ini khususnya Rajab,” jelas UAH.
Adapun diantara kemuliaan yang dimaksudkan kata Ustaz Adi Hidayat adalah banyaknya iringan-iringan amal saleh yang mungkin bisa dikerjakan.
“Karena ayatnya hadisnya tidak merinci apa saja yang bisa dikerjakan,” jelas UAH.
Maka menurut Ustaz Adi Hidayat, ini memberikan petunjuk yang umum untuk dilakukan.
“Maka para ulama memperkenankan kita untuk memperbanyak amal saleh, baik berupa ibadah ritual tingkatkan shalatnya dari mulai fardhu tingkatkan dengan tambah amalan shalat sunnahnya,” saran UAH.
Bisa mengerjakan sunnah yang melekat yang mengiringi setiap shalat fardhu dengan rawatib itu.
“Pagikah siangkah malamkah atau juga ada dhuhanya ada kemudian tahajudnya,” ujar UAH.
“Kita bisa berlatih untuk meningkatkan ibadah di waktu-waktu yang spesial ini,” sambung UAH.
Sehingga dengan itu Ustaz Adi Hidayat berharap berpeluang mendapatkan lipatan pahala.
“Kita juga bisa mencoba meningkatkan amalan lewat harta misalnya ada jalan melalui harta dengan bersedekah dengan infaq atau dengan pengetahuan share pengetahuan pengetahuan,” saran UAH.
Terlebih sekarang era media sosial dimana Anda membuat status dan membagikannya ke banyak orang.
“Tentang isi hadits yang bermanfaat ayat-ayat yang memotivasi dan itu melahirkan pahala yang berlipat di bulan ini,” jelas UAH.
Amal itu tentu harus dibarengi dengan usaha meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang.
“Yang kontraproduktif yang disebut dengan maksiat itu,” pesan UAH.
Maka, sejak sejak saat ini marilah berusaha untuk menanggalkan perbuatan-perbuatan negatif dari pikiran kita.
“Dari pandangan kita dari pendengaran dari lisan sampai ke ujung kaki,” imbau UAH.
Hal ini karena bulan Rajab ini adalah bulan yang sangat spesial dan momentum terbaik untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan terlarang.
Wallahu’alam bishawab
Load more