لَيْسُوْا سَوَاۤءً ۗ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اُمَّةٌ قَاۤىِٕمَةٌ يَّتْلُوْنَ اٰيٰتِ اللّٰهِ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُوْنَ, يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ, وَمَا يَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُّكْفَرُوْهُ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِالْمُتَّقِيْنَ
Artinya: "Mereka tidak sama. Di antara Ahlulkitab ada golongan yang lurus. Mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari dalam keadaan bersujud (shalat). Mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang saleh. Kebaikan apa pun yang mereka kerjakan, mereka tidak akan dihalangi dari (pahala)-nya. Allah Maha Mengetahui orang-orang bertakwa." (QS. Ali Imran, 3:113-115)
Namun demikian, Habib Novel Alaydrus menyatakan amalan dari wasiat almarhum ayahnya sangat mustajab bisa melampaui pahala pelaksanaan Tahajud.
Ia tidak pernah berhenti menerapkan pesan almarhum ayahnya agar selalu melakukan amalan sederhana tersebut.
Sebagai pendakwah, Habib Novel berbagi ilmu ini merupakan wasiat dari ayahnya kepada para jemaah yang hadir di setiap kegiatan kajiannya.
Amalan berbagi kebahagiaan, kata dia, sangat ampuh karena mengandung ibadah yang masih belum diketahui keutamaan besarnya oleh orang mukmin.
Ia mengatakan amalan memberikan senyuman dan kebahagiaan untuk orang lain sering terjadi dan menyelimuti seluruh aktivitas dalam sehari-hari.
Pimpinan majelis ilmu dan dzikir Ar-Raudhoh, Surakarta, Jawa Tengah itu menyatakan amalan tersebut menandakan manusia sebagai makhluk sosial dan harus bersikap saling memberikan kebahagiaan.
Ia mengambil kisah tugas para Wali paling populer memang turut membantu dalam menyebarkan syariat agama Islam di berbagai penjuru.
Load more