tvOnenews.com - Pendakwah Ustaz Adi Hidayat menjelaskan mengapa cara bisnis ini penyebab rezeki belum didatangkan oleh Allah SWT.
Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengingatkan bahwasanya setiap rezeki manusia telah ditetapkan oleh Allah SWT. Meski bisnis berguna sebagai solusi meraih keberkahannya.
"Makanya kata Allah itu nikmati saja ikhtiarnya (proses), karena rezekinya sudah ditetapkan enggak ada tertukar," ungkap UAH dilansir dari unggahan video TikTok @adihidayatofficial, Senin (30/12/2024).
Dalam agama Islam, bisnis merupakan bentuk kegiatan ekonomi yang di dalamnya guna memperoleh keuntungan melalui cara sesuai syariat agama.
Bisnis dalam agama Islam harus bersifat halal saat mencari keuntungan. Hal ini mengingatkan ada beberapa prinsip dan etika berbisnis bagi umat Muslim.
Prinsip pertama mengandung keseimbangan sebagaimana Islam menjadi agama pertengahan dan menjunjung keadilan atas dasar sikap individu dan masyarakat saat bisnis.
Dalam mencari keuntungan melalui bisnis harus dilandasi syariah. Bagi mereka menjadi pelakunya harus memenuhi konsep secara halal, akhlak, dan ibadah muamalah selain berfokus tentang jual beli.
Islam sangat melarang bisnis menggunakan konsep riba hanya demi memperoleh keuntungan yang lebih dan bersifat tidak berimbang.
Hal ini menandakan bahwa Islam mempunyai aturan dalam berbisnis sebagai tanda kehidupan umat Muslim.
Proses jual beli dalam bisnis yang baik menjadi cara agar rezeki yang didapatkan halal sebagaimana kegiatan berdagang juga merupakan kebiasaan Rasulullah SAW sehari-hari.
Surat An Najm Ayat 39-41 menjadi landasan bisnis bagian usaha mencari aliran rezeki, Allah SWT berfirman:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ, وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰىۖ, ثُمَّ يُجْزٰىهُ الْجَزَاۤءَ الْاَوْفٰىۙ
Artinya: "Bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, bahwa sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian dia akan diberi balasan atas (amalnya) itu dengan balasan yang paling sempurna." (QS. An Najm, 53:39-41)
Namun demikian, bisnis tidak selalu memberikan keuntungan karena berpotensi memberikan kerugian.
UAH mengupas tuntas mengapa bisnis selalu gagal yang menjadikan aliran rezeki semakin seret dan tidak pernah dilimpahkan oleh Allah SWT.
Menurut UAH, ada kekeliruan terletak pada niat yang ditanamkan seorang mukmin saat menjalankan bisnis.
"Kalau Anda bekerja selalu mengharapkan hasil anda akan kecewa, kece akan dirasakan," terang dia.
Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menuturkan harapan bisnis yang berlebihan akan menimbulkan penyesalan.
"Sudah siapkan proyek udah tadi, udah bagus-bagus, tiba-tiba tidak dapat, seperti yang diharapkan capek," jelasnya.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu mencontohkan niat yang berlebihan saat baru memulai bisnis telah memikirkan dan memperhitungkan keuntungannya.
"Anda memikirkan sesuatu yang sudah pasti kurang kerjaan. Kadang-kadang walaupun enggak dapat sekarang," katanya.
"Tapi tidak ada itu keringatnya ilmunya sudah dinilai dituliskan begitu dituliskan rezeki itu diakumulasikan," sambung dia.
Ia menjelaskan kekhawatiran pada keuntungan akan hanya mengeluarkan keringat secara sia-sia.
UAH berpesan agar bisnis dilakukan dengan setulus hati dan ikhlas. Pada dasarnya, setiap rezeki telah menjadi takdirnya masing-masing atas kehendak-Nya.
"Jadi kalau enggak dapat sekarang, besok lusa di akumulasikan oleh Allah SWT, ketika dapat, enggak sadar kalau itu lebih besar dari apa yang diharapkan. Karena dikumpulkan dari sebelumnya enggak usah khawatir," tandasnya.
(klw/hap)
Load more