Maka pada 12 Agustus 1948, Sjahrir dan Maria resmi bercerai, menutup bab cinta mereka yang penuh lika-liku. Sjahrir menikahi Poppy pada 1951, melanjutkan hidupnya dengan berbagai tantangan politik yang kian kompleks.
Maria, di sisi lain, menjalani kehidupan di Eropa. Ia menikah lagi dengan adik Sjahrir, Soetan Sjahsyam, namun tetap membawa kenangan masa lalu bersama Sjahrir dalam hatinya.
Mencurahkan pemikiran
Surat-surat Sjahrir kepada Maria menjadi medium untuk mencurahkan perasaan dan pemikiran sang diplomat. Dalam suratnya, Sjahrir kerap mengkritik ketidakadilan kolonial dan menggambarkan penderitaan rakyat Indonesia.
Salah satu surat Sjahrir menggambarkan desa miskin di Jawa:
"Desa ini terlihat begitu kaya dengan sawah hijau, tetapi penduduknya hanya makan sekali sehari. Dari 3.000 orang, hanya satu keluarga yang memiliki tanah lebih dari dua bau. Yang lain hidup dari hasil tanah yang nyaris tidak cukup untuk bertahan." (28 September 1932).
Kisah ini menyoroti ironi antara keindahan alam Indonesia dan kemiskinan yang merajalela akibat eksploitasi kolonial. Sjahrir juga mencatat beban yang ditanggung oleh perempuan desa, yang bekerja keras membawa hasil panen ke pasar untuk penghasilan kecil.
Dalam surat-suratnya, Sjahrir mencerminkan kekagumannya pada dinamisme Barat, yang ia kaitkan dengan Maria.
Maria, meski mendukung perjuangan Sjahrir, tetap dianggap menjadi bagian dari bangsa penjajah, yang membuat hubungan mereka dipandang penuh kontradiksi.
Load more