tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat menyoroti pendapat hewan menunjukkan tanda makhluk gaib bersarang di rumah melalui kehadiran tikus.
Namun, Ustaz Adi Hidayat (UAH) menegaskan hewan pembawa tanda banyak sarang makhluk gaib dalam rumah bukan tikus.
"Karena jin senang di tempat yang kotor," ungkap UAH dalam suatu kajian dilansir dari tayangan channel YouTube Rohman Story, Selasa (31/12/2024).
Sebab, hewan merupakan salah satu bagian makhluk hidup yang memperoleh hak kehidupannya sebagaimana mereka juga hamba Allah SWT.
Pada dasarnya hewan juga telah mendapat kodrat sadar akan Tuhan telah dijelaskan dalam hadis riwayat dan dalil Al Quran.
Hewan kerap kali bertasbih dan menyeru nama Allah SWT di setiap aktivitas kehidupannya.
Dalam dalil Al Quran dari Sura Al Isra Ayat 44 menerangkan setiap makhluk yang bernyawa khususnya hewan bertasbih kepada-Nya, Allah SWT berfirman:
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا
Artinya: "Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (QS. Al Isra, 17:44)
Hewan membutuhkan kasih sayang dan perlindungan sebagaimana makhluk hidup yang memiliki kedudukan rendah daripada manusia.
Namun, ada beberapa penjelasan dalam agama Islam mengenai anjuran hewan yang boleh dibunuh dan dilindungi oleh manusia.
Perihal tikus telah mendapat perspektif sebagai hewan pengerat karena bisa memberikan hama dan menularkan penyakit kepada manusia.
Islam juga menyebutkan status tikus merupakan hewan berbahaya yang boleh dibunuh sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadis riwayatnya, seperti ini bunyinya:
خَمْسٌ فَوَاسِقُ يُقْتَلْنَ فِىالْحَرَمِ الْفَأْرَةُ ، وَالْعَقْرَبُ ، وَالْحُدَيَّا ، وَالْغُرَابُ ،وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ
Artinya: "Ada lima jenis binatang yang seorang muhrim hendaknya dibunuh walaupun di tanah haram, yaitu: burung gagak, burung had'ah, kalajengking, tikus, dan anjing liar." (HR. Bukhari & Muslim)
Meski demikian, UAH mengingatkan kepada jemaahnya satu hewan yang lebih buruk dari tikus kerap kali muncul di rumah.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu menjelaskan hewan yang dimaksud adalah cicak karena memiliki habitat di sekeliling manusia.
"Ada sebagian yang diciptakan dari Allah SWT sebagai ujian yang hadirkan mudharat di situ supaya kita mengetahui ada keburukan yang harus kita hindari," terangnya.
Cicak mempunyai catatan kisah telah memberikan tanda tergolong dalam fuwaisiqah yang artinya "si kecil paling jahat".
Sa'ad bin Abi Waqqash meriwayatkan hadis terkait cicak merupakan hewan fuwaisiqah, seperti ini bunyinya:
"Bahwa Nabi SAW memerintahkan untuk membunuh cicak dan beliau menamakannya fuwaisiqah (binatang jahat yang kecil)." (HR. Muslim)
"Makanya ketika ditunjukkan oleh Allah dia muncul fitrahnya dia memang mesti misal dieksekusi, dibunuh," kata UAH.
Lantas, mengapa ada anjuran membunuh cicak? UAH mengimbau kehadiran hewan tersebut menandakan ada yang kotor di dalam rumah.
"Membunuhnya cicak itu seperti kita membunuh nyamuk untuk menunjukkan adanya kotoran-kotoran di situ yang harus kita jauhkan," paparnya.
"Memang diciptakannya untuk menunjukkan itu. Nah, harus dibunuh dia (cicak)," sambungnya menambahkan.
Pengurus PP Muhammadiyah itu mengambil penjelasan dalam hadis riwayat terkait satu pukulan diarahkan ke cicak akan meraih pahala besar.
"Pahalanya dengan satu kali pukul, ada 100 kebaikan. Berdasarkan Hadis Riwayat Bukhari Nomor 3359. Dan terbunuhnya cicak menghadirkan kebaikan-kebaikan dengan menghilangkan kotoran-kotoran yang ada di dalam," jelasnya.
Namun, pendakwah kelahiran asal Pandeglang itu menyampaikan keuntungan dari kehadiran cicak bisa mengetahui tempat yang disinggahinya menunjukkan jin sedang bersarang di rumah.
"Termasuk di situ mengusir jin. Makanya saya bisa katakan, kalau ada cicak di beberapa tempat, itu biasanya jin juga ada di situ, karena senang di tempat-tempat yang kotor," ujarnya.
Pendakwah karismatik usia 40 tahun ini memaparkan alasan cicak dijadikan hewan fuwaisiqah berangkat dari kisah Nabi Ibrahim AS dibakar hidup-hidup oleh pasukan Raja Namrud.
Saat itu, cicak bantu bala tentara Raja Namrud untuk meniupkan api agar semakin besar. Kisah ini membuat hewan tersebut dianggap buruk.
"Selain membawa kotoran, dia juga pernah meniup-niup api yang sedang membakar Nabi Ibrahim supaya makin menyala," terangnya lagi.
"Diharapkan menjadi dingin dan teduh, ini malah ditiup-tiup sama hewan ini," tukasnya.
(hap)
Load more