tvOnenews.com - Pada bulan haram seperti Rajab saat ini, Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengajak seluruh Muslim untuk menjauhi perbuatan buruk.
“Sejahiliyah jahiliyahnya umat di masa lalu mereka tetap menghormati bulan ini dengan mengadakan perdamaian diantara suku-suku yang bertikai,” tandas UAH, dikutip tvOnenews.com pada Rabu (1/1/2024) dari ceramahnya yang diunggah di kanal YouTube Adi Hidayat Official.
Pada bulan Rajab, kata UAH, umat terdahulu sepakat tidak berselisih dan tidak berperang di bulan ini serta berusaha untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan.
“Sehingga melahirkan harmoni dalam konteks kehidupan sosial,” ungkap UAH.
Oleh karenanya, sungguh sayang jika umat Nabi Muhammad SAW saat ini tidak menjaga kemuliaan bulan Rajab.
Rajab, merupakan salah satu dari empat bulan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an surat ke-9, At Taubah ayat 36.
“Jumlah bulan yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala di dalam kitabnya sejak muda penciptaan langit dan bumi berjumlah 12 bulan dalam setahun,’ jelas UAH.
Di antara 12 bulan itu ada empat yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai bulan hurum atau haram.
“Bulan hurum adalah bulan-bulan tertentu yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dari jumlah 4 bulan tadi dalam riwayat sahabat Ibnu Abbas,” tuturnya.
Kemudian, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menegaskan, tiga dari empat bulan haram itu berada berurutan.
“Yaitu bulan ke-11 Dzulhijjah bulan ke-12 dan Al Muharram bulan yang pertama,” ujar UAH
Sedangkan satu dari empat itu terpisah berada pada posisi yang ke-7 yaitu bulan Rajab.
“Keempat adalah bulan Rajab yang terurut pada urutan bulan ke-7 dalam tahun Hijriyah, yang diagungkan oleh suku Mudhar, pada saat itu dan berada diantara bulan jumada dan bulan Sya'ban,” tandas UAH.
Rajab secara bahasa kata Ustaz Adi Hidayat berarti sesuatu yang diagungkan. karena pada masa itu orang-orang jahiliyah, khususnya suku muda yang menjaga keagungan di bulan Rajab ini menjadikan penghormatan terhadap bulan ini.
“Begitu istimewa karena memang mengetahui turunan-turunan sejarah kemuliaan dari bulan ini,” tutur UAH.
Kemudian ditegaskan dalam Al-Qur’an dengan nama hurum, bulan haram bulan yang sangat dihormati.
“Bulan yang terjaga dari segala nilai-nilai keburukan, bulan yang terjaga dari segala tindakan-tindakan kontra produktif, perilaku-perilaku maksiat,” pesan UAH.
Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan keutamaan-keutamaan yang ditegaskan dalam Al-Qur’an dan juga dijelaskan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam tatanan-tatanan hadis beliau.
“Maka bila telah masuk di bulan-bulan mulia itu Allah menegaskan pesan yang kuat kepada kita jangan sampai kita berbuat zalim di bulan bulan itu,” pesan UAH.
Pemaknaan ini diterangkan oleh sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ta'ala anhuma yang seakan memberikan kesan kepada kita.
“Beliau menegaskan di bulan itu adalah bulan tempat berlatih kita menunaikan amalan-amalan Mulia menjauhi perbuatan-perbuatan yang kontraproduktif,” saran UAH.
“Dimana dengan penegasan ayat ini memberi kesan orang yang meningkatkan ibadah mengukir perbuatan mulia maka akan dilipatgandakan pahalanya,” sambung UAH.
Jika melakukan amalan maka pahala dilipatgandakan maka orang yang sengaja berbuat maksiat juga berlipat pula dosa untuknya.
“Karena ayat Al-Qur’an tegas mengatakan dalam bentuk larangan. Jangan sekali-kali kalian berbuat zalim pada diri kalian di bulan-bulan yang dimaksudkan,” nasihat UAH.
Itulah yang dikatakan oleh sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ta'ala anhuma, sang penafsir Al-Qur’an yang dikukuhkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bergelar turjumanul Al-Qur’an.
“Untuk itu para ulama menghimpun petunjuk-petunjuk dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam terkait dengan keutamaan bulan Mulia ini khususnya Rajab,” jelas UAH.
Adapun diantara kemuliaan yang dimaksudkan kata Ustaz Adi Hidayat adalah banyaknya iringan-iringan amal saleh yang mungkin bisa dikerjakan.
“Karena ayatnya hadisnya tidak merinci apa saja yang bisa dikerjakan,” jelas UAH.
Maka menurut Ustaz Adi Hidayat, ini memberikan petunjuk yang umum untuk dilakukan.
“Maka para ulama memperkenankan kita untuk memperbanyak amal saleh, baik berupa ibadah ritual tingkatkan shalatnya dari mulai fardhu tingkatkan dengan tambah amalan shalat sunnahnya,” saran UAH.
Wallahu’alam bishawab
Load more