tvOnenews.com - Tubuh terasa lelah dan ingin istirahat, jangan sembarangan tidur di masjid. Ustaz Adi Hidayat berikan penjelasannya.
Bila adzan telah berkumandang, dianjurkan untuk menghentikan seluruh aktivitas dan melaksanakan shalat berjamaah di masjid.
Namun, ketika waktu shalat sudah lewat banyak orang yang menggunakan masjid sebagai tempat beristirahat, baik untuk tidur atau sekedar rebahan.
Banyak orang yang memanfaatkan masjid sebagai tempat istirahat bila sedang melakukan perjalanan. Bahkan tidur bila terasa ngantuk saat di jalan.
Lantas, apakah tidur di masjid bisa mendatangkan pahala atau justru berdosa?
Seperti apa penjelasan Ustaz Adi Hidayat mengenai hal tersebut? Simak informasinya berikut ini.
Ustaz Adi Hidayat. (Ist)
Dilansir tvOnenews.com dari tayangan YouTube Taman Firdaus, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan terdapat perbedaan antara tidur biasa dan i’tikaf.
"Teman-teman sekalian, saya ingin bedakan ada i'tikaf, ada tidur di masjid," kata Ustaz Adi Hidayat pada tayangan YouTube Taman Firdaus.
i'tikaf merupakan bentuk ibadah yang dilakukan di masjid, seperti yang sering dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Sementara bila tidur biasa di masjid dapat berisiko mengurangi nilai-nilai kebaikan yang bisa didapatkan di masjid.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, tidur di masjid dapat menjadi masalah apabila orang tersebut melakukannya tanpa tujuan dan tidak mengindahkan nilai-nilai ibadah masjid.
Sebab, bila tidur dengan tujuan hanya beristirahat tanpa niat ibadah atau i’tikaf, maka hukumnya makruh.
Bahkan bisa menjadi haram bila mengganggu kegiatan ibadah lainnya.
"Kalau tidurnya hanya sengaja saja, menjadikan aktivitas sebagai tidur yang utama di masjid maka paling minimal jatuh hukum makruh di dalamnya karena tidak menghidupkan nilai-nilai masjid," jelas Ustaz Adi Hidayat.
"Tapi kalau mengotori nilai-nilai masjid, misal dengan perilakunya, orang waktunya shalat dia tidur, orang baca Quran dia tidur, maka yang seperti ini keluar dari nilai ketaatan dan bisa berdosa yang bersangkutan," sambungnya.
Akan tetapi, ada jenis tidur yang bisa menjadi sebuah ibadah, seperti tidur seseorang yang sedang menjalankan i'tikaf.
Dalam konteks ini, tidur bukan hanya sekadar tidur biasa, tetapi bagian dari aktivitas ibadah yang lebih besar.
"Tapi kalau tidur yang dimaksud bagian dari ketaatan, sebagai paket ibadah yang berlangsung di masjid maka tidur itu pun bernilai ibadah di sisi Allah," ujar Ustaz Adi Hidayat.
"Contoh, tidur dalam keadaan kita i'tikaf 10 hari terakhir di bulan Ramadhan," terusnya.
Imam Nawawi juga menyatakan bahwa ketika seseorang berniat untuk i'tikaf di masjid, semua kegiatan baik yang ia lakukan di masjid, termasuk tidur, bisa menjadi bagian dari ibadah asalkan tidak ada unsur maksiat di dalamnya.
"Karena itu kata Imam Nawawi, ketika seorang masuk masjid berniat i'tikaf, maka semua kegiatannya yang bermanfaat dan baik-baik sepanjang bukan maksiat dinilai ibadah oleh Allah," jelas Ustaz Adi Hidayat.
"Duduknya ibadah, tidurnya ibadah, baca Qurannya ibadah, shalatnya ibadah, bahkan diskusi kemuliaannya ibadah," lanjutnya.
Pada akhirnya, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa hukum tidur di masjid sangat bergantung pada niat dan tujuannya.
Tidur yang dilakukan dalam rangka ibadah, seperti saat i'tikaf, tentu mendatangkan pahala.
Sebaliknya, tidur yang tidak terarah dan mengganggu ibadah lainnya, dapat menurunkan nilai ketaatan dan malah mendatangkan dosa.
“Jadi, ada tidur yang baik, ada tidur yang tidak baik.” tandasnya. (kmr)
Load more