Sebagai anak dari KH Wahid Hasyim, Gus Dur memang mempunyai kisah kecil yang tumbuh berkembang di Jombang dan Jakarta.
Alasan Gus Dur berpindah tempat tinggal dan harus melakukan perjalanan dari Jombang menuju Jakarta lantaran KH Wahid Hasyim mengemban amanah sebagai Menteri Agama kala itu.
Sang ayah juga saat itu berstatus sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng selain menjalankan tugas Menteri Agama.
Aros menceritakan dalam tulisannya Gus Dur sangat hiperaktif dan selalu bergerak layaknya anak yang tidak bisa diam sedikit pun.
Saking hiperaktifnya, kata Aros, Gus Dur mempunyai kepribadian yang sangat bandel saat tinggal di Tebuireng maupun Denanyar.
Tak hanya tidak bisa diam, Gus Dur kecil juga memiliki sikap jail dan melakukan ulah. Hal ini membuat orang lain sangat repot akibat tingkahnya.
Saat KH Wahid Hasyim berstatus sebagai ketua pertama Majlis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 1944, Gus Dur harus memulai suasana di Jakarta.
"Tahun 1945 pasca-kemerdekaan, keluarga Gus Dur kembali ke Jombang. Namun, tahun 1949 setelah perang melawan sekutu selesai, kembali lagi ke Jakarta karena ayahnya, Kiai Wahid diangkat menjadi Menteri Agama RI," ungkap Aros dalam keterangan tertulisnya.
Load more