Ibadallah,
Sebagai orang mukmin, kita tidak boleh membenci musibah sebagaimana dijelaskan Al Hasan Al Bashri, seperti ini bunyinya:
لَا تَكْرَهُوا الْبَلَايَا الْوَاقِعَةَ، وَالنِّقْمَاتِ الْحَادِثَةَ، فَلَرُبَّ أَمْرٍ تَكْرَهُهُ فِيهِ نَجَاتُكَ، وَلَرُبَّ أَمْرٍ تُؤْثِرُهُ فِيهِ عَطَبُكَ أَيْ: هَلَاكُكَ
Artinya: "Janganlah kalian membenci musibah dan bencana yang menimpa. Bisa jadi sesuatu yang kalian benci justru mengandung keselamatan, dan bisa jadi sesuatu yang kalian sukai justru mengandung kehancuran."
Pada momentum di bulan Rajab ini bisa melakukan cara menghadapi musibah sebagai salah satu amalan untuk umat Muslim.
Kita memang mendapat anjuran saat tertimpa musibah sekecil apa pun hingga masalah besar menggetarkan kalimat istirja, yakni "Innaa lillaahi wainna ilaihi rooji'un".
Namun demikian, ada beberapa cara menjadi bahan renungan saat ditimpa musibah tidak kunjung berhenti yang dirasakan oleh kita.
Dalam kitab Zadul Ma'ad (4/189-195), Ibnu Qayyim Rahimahumullah menyampaikan sejumlah cara menghadadapi musibah sebagai berikut:
Cara pertama, sebaiknya melihat segala apa pun yang masih dimiliki oleh kita. Sebab, Allah SWT memberikan sisaan saat kehilangan sesuatu hingga menggantinya lebih baik dari sebelumnya.
Apabila kita bersabar dan tetap berpegang teguh pada ridho, pasti Allah SWT memberikan kehendak-Nya menjadikan setiap musibah yang dialami semakin besar.
Cara kedua, sebaiknya kita mematikan api saat ditimpa musibah melalui renungan bahwa sesungguhnya tidak hanya kita yang mendapat cobaan berat.
Apakah kita pernah melihat ada orang lain yang lebih susah? Marilah menengok ke kiri, adakah yang lebih menderita dari kita?
Pada dasarnya jika kita menjelajahi dunia dengan mudah, ada yang lebih berat menjalani musibah untuk diselesaikan mereka selamat di kehidupannya.
Cara ketiga, menyadari dan membuang keluh kesah. Sebab, sikap ini tidak akan mengubah apa pun saat diterpa cobaan berat. Bahkan bisa memperburuk kondisi karena tak bisa menerima situasi.
Load more