Jika kita membicarakan perihal intensitas ibadah ritual agama Islam yang dilakukan di Indonesia, dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Muslim Indonesia memiliki intensitas yang tinggi dalam pelaksaaan ibadah ritual. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, utamanya di hari-hari besar agama Islam.
Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana masjid yang selalu penuh setiap Jum’atan, lapangan yang penuh sesak kala sholat Ied, perayaan potong qurban yang senantiasa disambut gegap gempita oleh segenap umat muslim, dan seterusnya. Ditambah lagi dengan jumlah masjid dan majelis taklim yang menjamur dimana-mana.
Nampaknya rakyat muslim Indonesia memang tak perlu diragukan lagi semangatnya dalam melakukan ibadah ritual, terlepas dari khusyuk atau tidaknya ibadah itu dilakukan. Memang, jika merujuk pada kenyataan tersebut, rasa-rasanya kita tak perlu lagi meragukan kedekatan interkasi antara mayoritas masyarakat Muslim Indonesia dengan Allah Swt (Habluminaallah).
Sayangnya, intenitas dan antusias yang begitu tinggi tersebut kerap kali tidak berjalan beriringan dengan sikap baik pada sesama manusia. Ya, dewasa ini masyarakat muslim Indonesia acap kali melupakan satu aspek krusial lainnya yang begitu penting untuk diamalkan, yakni kerekatan hubungan antar sesama manusia (Habluminannas). Padahal, baik atau tidaknya hubungan seorang muslim dengan sesama manusia turut jadi penentu nasibnya di akhirat kelak. Apakah tempatnya di surga atau neraka.
Kasus luputnya Habluminannas dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat dimana-mana. Coba saja amati kolom komentar di berbagai platform media sosial seperti Twitter, Instagram, Youtube, hingga Facebook. Disana mudah kita temukan banyak ujaran kebencian, hinaan, kebohongan, bahkan sampai fitnah pun bisa kita jumpai.
Pun dalam realitas sosial yang sebenarnya. Sudah banyak kasusnya dimana-mana. Tak sedikit kita jumpai orang yang dihujat warga hanya karena memprotes suara adzan yang memang terlalu bising. Tak luput kita pun tentu pernah pula melihat kasus di berita tentang umat Muslim yang membakar rumah ibadah dan melarang umat beragama lain untuk beribadah, saling cela karena beda ormas Islam, terang-terangan menjelekan agama lain saat khutbah Jumat, dan dengan mudahnya menuduh seseorang bersalah tanpa didasari data.
Semua hal tersebut dengan enteng dilakukan seakan-akan hal yang lumrah. Tak ada kesadaran akan larangan agama, serta acuh terhadap kondisi hati orang yang mereka sakiti.
Load more