tvOnenews.com - KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha mengupas tuntas perkara waktu terbaik dan jumlah rakaat pelaksanaan shalat Tahajud.
Gus Baha mengatakan bagi orang mukmin mengisi shalat Tahajud sesuai sunnah Rasulullah SAW dari waktu terbaik dan jumlah rakaat yang dikerjakan akan masuk golongan orang saleh.
"Yang membedakan orang shaleh dan tidak shaleh adalah masalah ibadah malam," ungkap Gus Baha dalam suatu ceramah dikutip dari kanal YouTube Ngaji Melu Kyai, Sabtu (18/1/2025).
Secara umum, setiap umat Muslim selalu memburu shalat Tahajud. Ibadah sunnah ini mendapat keyakinan dan kepercayaan bisa melimpahkan banyak keutamaan.
Berbagai keutamaan dari shalat Tahajud tidak hanya bersifat biasa. Umat Muslim mengejarnya karena bisa memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan mereka.
Kebanyakan umat Muslim rutin mengerjakan shalat Tahajud karena ingin mendapat guyuran rezeki tak terhingga dari Allah SWT.
Sebab, pada sepertiga malam menjadi waktu mustajab bagi mereka menyampaikan seluruh hajat karena langsung dilimpahkan oleh Allah SWT.
Agama Islam mendefinisikan shalat Tahajud adalah ibadah sunnah yang terbangun dari tidur malamnya.
Senada dengan dalil Al Quran mengenai anjuran shalat Tahajud di tengah malam diabadikan dalam Surat Al Isra Ayat 79, Allah SWT berfirman:
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا
Artinya: "Pada sebagian malam lakukanlah shalat Tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al Isra, 17:79)
Sepertiga malam sebagai waktu pelaksanaan Tahajud juga sangat bermanfaat dan tepat menggetarkan doa dan berbagai amalan, seperti zikir, istighfar, dan sebagainya.
Dalam waktu Tahajud mengandung cara pendekatan seorang hamba dan menanamkan ikatan jiwa untuk selalu terhubung dan mudah berkomunikasi kepada Allah SWT.
Perihal pembahasan ini melibatkan waktu terbaik dan jumlah rakaat shalat Tahajud yang harus dibiasakan oleh umat Muslim.
Terutama jumlah rakaat ibadah sunnah malam ini, menjadi bagian penting untuk selalu mengikuti sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW di setiap sepertiga malam.
Gus Baha menjelaskan keutamaannya akan dinobatkan sebagai orang saleh. Sebab, ciri-ciri golongan ini terus menjaga gelarnya agar selamat di akhirat nanti.
Ulama besar dari Rembang ini membandingkan bahwa, amalan orang saleh dengan golongan fasik sangat berbeda, meskipun ada beberapa kesamaannya.
"Sedekah, pemberi, ya memang baik, tapi orang fasik juga melakukan sedekah," terang dia.
Menurut Gus Baha, salah satu ciri orang saleh terletak pada kerutinannya seberapa jauh melaksanakan Tahajud selama masih hidup di dunia.
"Ciri orang saleh khasnya Allah apa? Mau terjaga waktu malam, mau sujud kepada Allah di waktu malam. Karena itu (shalat Tahajud), perilaku yang orang fasik tidak mungkin lakukan," tuturnya menjelaskan.
Bagi orang ingin mengerjakan shalat Tahajud mengacu pada waktu terbaik secara umum dimulai dari pukul 01.00 atau jam 1 dini hari hingga sebelum memasuki adzan Subuh tiba.
Soal ukuran rakaat, Gus Baha menerangkan bahwa, jumlahnya minimal dua rakaat dan tidak ada ukuran maksimal. Artinya, rakaat Tahajud tidak terbatas.
Murid kesayangannya Mbah Moen itu tidak mempermasalahkan bagi orang mukmin menunaikan Tahajud dua rakaat dan jumlah lainnya.
Rais Syuriyah PBNU ini mengatakan ada sejumlah hadis riwayat menjelaskan sunnah Nabi SAW saat Tahajud pernah ada yang menyebut dua, delapan hingga 12 rakaat sekali pun.
Kendati demikian, Gus Baha menegaskan Tahajud paling afdhol harus dikerjakan dengan masing-masing potongan dua rakaat. Meskipun jumlahnya bisa langsung digabung jika ingin mengerjakannya lebih lama.
Namun, pelaksanaannya mengenai pembagian per dua rakaat bisa menggunakan cara hitungan 2+2+2+2 (Tahajud) ditambah 3 rakaat Witir.
Ada juga mengerjakan pakai hitungan 2+2+2 (Tahajud) dan 3 rakaat Witir atau 4+4+3 hingga 2+2+2+3 (Tahajud dan Witir).
Bagi Gus Baha, berapa pun jumlahnya akan berfungsi keutamaannya sebagai orang saleh dengan catatan niat setulus hati untuk mengerjakan Tahajud.
"Pelafalan niat (secara spesifik) akan menjadi pembeda, yang membedakan antara shalat sunnah dan shalat Fardhu. Selain itu, niat juga menjadi pembeda sekaligus yang menegaskan jumlah rakaat dalam suatu shalat," pungkasnya.
(hap)
Load more