tvOnenews.com - Almarhum KH Maimoen Zubair nama asli Mbah Moen mempunyai kisah saat lahir yang cukup unik.
Mbah Moen menjadi salah satu tokoh agama, publik figur, politikus, sekaligus ulama. Guru kesayangannya Gus Baha itu terakhir berstatus sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang.
Mbah Moen juga mengisi jabatan Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan.
Dalam perjalanan hidupnya untuk menjadi ulama, Mbah Moen adalah murid Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky dan Syaikh Said al-Yamani.
Mbah Moen sangat beruntung bisa memperoleh pendidikan berbasis keagamaan yang kental. Berbagai ilmu agama menjadi makanan sehari-harinya berkat sosok orang tua.
Mbah Moen juga pernah menyibukkan diri isi kegiatan mengaji yang saat itu digelar di Pesantren Lirboyo, Kediri.
Pengajian dihadiri Mbah Moen itu langsung mendapat bimbingan dari sosok Kiai Abdul Karim.
Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki juga pernah memimpin pengajian yang dirutinkan Mbah Moen selama di Lirboyo.
Mbah Moen semakin serius mempertajam keilmuannya. Ia mengenyam pendidikan agama di Makkah Al Mukarromah saat menginjak usia 21 tahun.
Ada beberapa guru memimpin Mbah Moen saat mengaji dan menjalani pendidikan agama di Makkah, antara lain Sayyid Amin al-Qutbi, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly, Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki.
Kemudian, guru Mbah Moen lainnya, seperti Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath dan beberapa ulama di Makkah.
Sang ulama akhirnya mengutamakan fokusnya sejak masa tugasnya berakhir berdalih sebagai pimpinan pondok pesantren.
Lantas, seperti apa kisah Mbah Moen saat lahir mengalami kejadian unik?
Dilansir tvOnenews.com dari unggahan video kanal YouTube NU Channel, Jumat (24/1/2025), Mbah Moen kebetulan tengah menghadiri acara Haul Gus Dur di Ciganjur, Jakarta pada 2018.
Ulama asal Rembang itu bercerita di mana dirinya punya kisa ketika lahir ketika menjadi penceramah di Haul Gus Dur 2018.
Ia mengatakan ada sosok tiga ulama menjadi bagian penting dalam hidupnya. Bahkan mereka berstatus sebagai pendiri ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU).
Tiga ulama ini, kata Mbah Moen, antara lain KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syamsuri, dan KH Hasyim Asy'ari.
Tiga kiai pendiri NU ini saat itu tengah menuju Semarang yang berangkat dari Surabaya.
Mereka ingin menghadiri acara muktamar yang kebetulan saat itu digelar pada 1928 silam.
Mbah Moen mengatakan rumah buyutnya kedatangan sekaligus tempat persinggahan perjalanan tiga tokoh pendiri NU itu.
Nama buyut Mbah Moen memiliki nama Kiai Su'aib yang kebetulan rumahnya berada di Sarang.
"Kiai tiga tadi merundingkan atas kembalinya Kiai Muhaimin menjadi orang Jombang, yang akhirnya dikawin oleh Nyai Khoiriyah, jandanya Kiai Ma’sum Ali. Itu perundingan diadakan di Sarang," ungkap Mbah Moen.
Di rumah Kiai Su'aib, ketiga kiai dari NU itu memberikan ludah ke air yang terisi di dalam gelas.
"Kemudian diminum ibu saya, dan tidak lama melahirkan saya. Ini terus terang saja, jadi saya ini NU-nya enggak bisa dipisahkan," terangnya.
Mbah Moen menegaskan sosok Gus Dur dan NU benar-benar telah melekat. Ini tidak lepas dari kelahirannya mendapat karomah dari ketiga tokoh agama tersebut.
"Apa sebab saya dan Gus Dur itu tidak bisa dipisahkan. Saat Gus Dur mau ke Mesir, anehnya di tempat saya minta dibacakan kitab Tadzkirah Imam Nawawi, berapa halaman, terus ke Mesir kemudian ke Irak," tuturnya.
"Dan akhirnya terjadi perubahan NU setelah Gus Dur terpilih jadi ketua umum PBNU, saya diangkat jadi Pengurus Besar NU, ini karena Gus Dur tadi," tandasnya.
Terkini, Mbah Moen telah meninggal dunia di Makkah pada 6 Agustus 2019l bertepatan dengan usia 90 tahun. Pemakamannya di pemakaman Ma'la, Makkah.
(abs/hap)
Load more