Nabi Khidir adalah seseorang misterius yang telah diceritakan dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi. Dalam surat tersebut, dikisahkan pertemuan Nabi Musa dengan seseorang yang dikatakan bernama Khidir.
Nabi Khidir namun tidak masuk dalam daftar 25 nabi yang wajib diimani. Bahkan, di kalangan ulama terdapat perdebatan mengenai status dari kenabiannya.
Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang wali Allah SWT. Namun sebagian lagi mengatakan bahwa beliau merupakan seorang nabi.
Dalam sebuah kutipan keterangan, Syaikh Syuaib al-Arnauth, Ulama dan Ahli Hadis asal Damaskus, mengatakan:
وكان بعض أكابر العلماء يقول: أول عقد يحل من الزندقة اعتقاد كون الخضر نبياً، لأن الزنادقة يتذرعون بكونه غير نبي إلى أن الولي أفضل من النبي، كما قال قائلهم:
مقام النبوة في برزخ … فويق الرسول ودون الولي
Sebagian ulama besar mengatakan, ‘Ikatan pertama yang dirusak oleh orang zindiq (munafik) adalah status Khidir sebagai nabi. Karena orang munafik memanfaatkan status Khidir ‘bukan nabi’ untuk beralasan bahwa wali lebih afdhal dari pada nabi. Sebagaimana mereka mengatakan.
Seperti kita ketahui, meski yang wajib diimani hanyalah 25 Nabi, namun jumlah nabi sebenarnya tidak hanya 25 saja, melainkan ada banyak.
Dalam hadis HR Ahmad dikatakan:
Abu Zar bertanya kepada Rasulullah SAW, “Berapakah jumlah para nabi?” Kemudian Nabi SAW menjawab, “Mereka berjumlah 124.000 orang, sebanyak 315 dari mereka adalah Rasul.” (HR Ahmad).
Dari hadist tersebut, maka mungkin Nabi Khidir adalah salah satu dari 124.000 yang telah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam cerita mengenai Nabi Khidir, memang terdapat banyak sekali versi. Bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau hidup sampai hari kiamat.
Beberapa orang sufi bahkan mengaku telah bertemu dengannya dan mengatakan bahwa beliau telah menyampaikan beberapa pesan yang pada dasarnya berisi perubahan dalam ajaran syariat.
Namun hal ini dikatakan oleh sebagian ulama tidaklah benar bahkan jauh dari kebenaran, karena jika Nabi Khidir masih hidup, maka beliau pastilah akan muncul dan membantu Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran islam pada masa tersebut.
Selain itu, dari semua hadis yang menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW, tidak pernah ada keterangan mengenai sahabat Nabi yang bernama Khidir.
Bahkan, dalam hadis HR Bukhari Muslim, dikatakan, bahwa nanti tak akan ada manusia yang tersisa di muka bumi.
Nabi Muhammad SAW di depan para sahabat telah bersabda:
لا يبقى على رأس مائة سنة ممن هو على وجه الأرض أحد
“Tidak akan tersisa seorang-pun di muka bumi ini pada seratus tahun yang akan datang.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka berdasarkan hadis tersebut, maka keberadaan seseorang yang bernama Khidir dapat dikatakan juga tidak akan ada saat hari kiamat.
Namun, dalam surat Al Kahfi ayat 70 diceritakan bahwa seseorang yang bernama Khidir akhirnya mau mengajari Nabi Musa namun dengan sebuah syarat.
Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu,” (QS. Al-Kahfi: 70).
Berdasarkan kisah ini, sebagian ulama meyakini bahwa beliau adalah seorang nabi, karena dianggap lebih tahu daripada Nabi Musa. Dan para ulama tersebut juga mengatakan bahwa tak mungkin Nabi Musa diperintahkan oleh Allah SWT untuk belajar kepada seseorang yang bukan nabi.
Kemudian ulama yang meyakini bahwa Khidir adalah seorang nabi juga mengambil kesimpulan dari Surat Al Kahfi ayat 82. Karena di surat tersebut perkataan beliau di akhir pertemuannya dengan Nabi Musa dipercaya sebagai tanda bahwa dirinya adalah Nabi.
“Itu semua dilakukan karena rahmat dari Tuhan-Mu, dan aku tidaklah melakukannya karena murni keinginanku…”(QS. Al-Kahfi: 82).
Apa yang dikatakan Nabi Khidir dipercayai bahwa beliau melakukan semua perbuatan itu atas perintah Allah dan wahyu dari-Nya, dan bukan kemauannya sendiri. Seperti diketahui, orang-orang yang mendapatkan wahyu khusus adalah seorang nabi.
Terlepas dari semua perdebatan tersebut, maka dapat ditarik satu kesimpulan yaitu kisah mengenai seseorang yang bernama Khidir tidak dapat dijabarkan melalui hadis-hadis yang dapat dipegang atau otentik.
Lantas siapakah sebenarnya Nabi Khidir?
Dalam hadis Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّمَا سُمِّيَ الخَضِرَ أَنَّهُ جَلَسَ عَلَى فَرْوَةٍ بَيْضَاءَ، فَإِذَا هِيَ تَهْتَزُّ مِنْ خَلْفِهِ خَضْرَاءَ
“Beliau dinamai Khidir karena beliau duduk di atas tanah putih, tiba-tiba berguncang di belakang beliau berwarna hijau.” (HR. Bukhari 3402, Turmudzi 3151, dan Ibnu Hibban 6222).
Ungkapan ‘tanah putih’ yang dimaksud dalam hadist tersebut adalah sebuah tanah kering tanpa tumbuhan di atasnya.
Sementara, menurut Kamaluddin ad-Damiri, Sastrawan dan Ahli Fiqih beraliran madzhab Syafi’i di Mesir mengatakan adanya perbedaan pendapat mengenai nama asli dari beliau.
إن اسم الخضر مضطرب فيه اضطرابا متباينا والأصح -كما نقله أهل السير وثبت عن النبى صلى الله عليه وسلم كما نقله البغوى وغيره -أن اسمه “بليا”، وأن أباه يسمى “ملكان”، وكان من بنى إسرائيل ومن أبناء الملوك ، وفر من الملك وانصرف إلى العبادة
Nama Khidir diperselisihkan. Dan yang benar, sebagaimana yang dinukil ahli sirah, dan berdasarkan hadis nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang dinukil oleh al-Baghawi dan yang lainnya, bahwa nama beliau adalah Balyan. Dan ayahnya bernama Malkan. Termasuk bani Israil dan keturunan kerajaan. Beliau lari dari kerajaan dan menghabiskan waktunya untuk ibadah. (Hayat al-Hayawan al-Kubro, 1/271).
Kisah Pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa
Dalam Alqur’an surat Al Kahfi, dikisahkan pertemuan antara Nabi Musa dengan seseorang alim yang dikatakan bernama Khidir.
Dalam kisah yang diceritakan, pada suatu ketika, Nabi Musa mendapat pertanyaan mengenai apakah ada orang yang lebih pintar selain dirinya. Nabi Musa kemudian secara spontan menjawab "Tidak ada."
Setelah itu, Allah SWT menjelaskan kepada Nabi Musa melalui Malaikat Jibril.
Malaikat Jibril berkata "Sesungguhnya Allah SWT mempunyai seorang hamba yang berada di Majma al-Bahrain yang dia lebih alim daripada kamu."
Usai mendengar hal tersebut, Nabi Musa menjadi penasaran, siapakah hamba alim yang dimaksud tersebut?.
Kemudian Nabi Musa bertekad untuk menemui hamba Allah yang alim tersebut serta menimba ilmu kepadanya.
Pergilah Nabi Musa dengan seorang muridnya untuk menemui seseorang yang telah dijelaskan oleh Malaikat Jibril tersebut.
قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
"Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (QS. Al-Kahfi: 65).
Lalu dalam Surat Al Kahfi ayat 66 diceritakan bahwa Nabi Musa meminta izin untuk belajar kepada seseorang yang bernama Khidir.
قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا….
"Musa berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” … (QS. Al-Kahfi: 66).
Kemudian, dalam Surat Al Kahfi ayat 67 beliau mengatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sabar.
قَالَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا
Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku) Yakni kamu tidak akan sanggup untuk bersabar atas apa yang akan kamu lihat dari ilmuku, sebab ilmu yang kamu miliki tidak sesuai dengan hal itu."
dalam surat Al Kahfi ayat 70 diceritakan bahwa Nabi Khidir akhirnya mau mengajari Nabi Musa namun dengan memberikan syarat.
قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا
"Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu,” (QS. Al-Kahfi: 70).
Setelah diberikan syarat dan disetujui oleh keduanya, Nabi Musa mengikuti seorang alim yang bernama Khidir tersebut.
Namun saat mengikutinya, Nabi Musa melihat banyak hal yang tidak dapat dimengerti oleh dirinya. Bahkan menurut Nabi Musa apa yang telah dilakukan oleh Khidir tidaklah sesuai dengan ajaran agama islam.
Namun Nabi Musa tidak bertanya karena saat menyetujui untuk membiarkan Nabi Musa mengikutinya, Khidir memberikan syarat bahwa dirinya tak boleh bertanya kepadanya.
قَالَ فَإِنِ ٱتَّبَعْتَنِى فَلَا تَسْـَٔلْنِى عَن شَىْءٍ حَتَّىٰٓ أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا
"Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu,” (Surat Al Kahfi ayat 70).
Beberapa hal yang terjadi saat Nabi Musa mengikuti Khidir dan membuat dirinya tak mengerti antara lain:
Setelah peristiwa ketiga, di desa itulah perpisahan antara keduanya terjadi.
قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِى وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
"Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya," (Surat Al Kahfi Ayat 78).
Kemudian kisah pertemuan antara Nabi Musa dan Nabi Khidir akhirnya ditutup dengan penjelasan berbagai hikmah dari tindakan-tindakan yang dilakukan Khidir selama dalam perjalanan.
Hikmah tersebut dijelaskan dalam Surat Al Kahfi Ayat 79-82.
Penjelasannya yaitu:
Itulah kisah mengenai seseorang alim yang telah disampaikan oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Musa.
Semoga kita semua dapat memetik hikmah dari kisah tersebut.(put)
Load more