Selain itu, selesaikan masalah dengan kepala dingin, bukan dengan kondisi emosi atau dengan cara kekerasan, sebab hanya akan menambah rumit permasalahan.
Dua mempelai dan tamu undangan yang dirahmati Allah Kedua, jika kita sebagai suami, maka hendaknya menyadari bahwa pada diri istri kita ada potensi menyimpang. Ini merupakan tabiat penciptaan dan fitrah yang diberikan Allah kepadanya.
Wanita tak mungkin mengubah penciptaan dan tabiat itu kecuali dengan kelapangan hati menerima koreksi dari pemimpinnya, yaitu laki-laki. Inilah yang dimaksud hadits Rasulullah SAW:
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ لَنْ تَسْتَقِيمَ لَكَ عَلَى طَرِيقَةٍ، فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ، وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا، كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلَاقُهَا
Artinya, “Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Ia tidak akan pernah lurus untukmu di atas sebuah jalan. Jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, maka bersenang-senanglah. Namun, padanya tetap ada kebengkokan. Jika engkau berusaha meluruskannya, maka engkau akan memecahnya. Dan pecahnya adalah talaknya,” (HR. Muslim).
Suami mana pun yang telah memahami hakikat ini, tentu akan bersabar menyikapi kekurangan dan sikap menyimpang istrinya. Begitu pula sang istri akan menerima koreksi dan pandangan suaminya atas kekurangan dirinya.
Suami mana pun yang telah memahami hakikat ini, tentu akan bersabar menyikapi kekurangan dan sikap menyimpang istrinya. Begitu pula sang istri akan menerima koreksi dan pandangan suaminya atas kekurangan dirinya. Demikian sebagaimana dipaparkan oleh Abu Muhammad Zakiyuddin Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wat-Tarhib, Terbitan Daru Ihya at-Turats, jilid 3, halaman 49.
Load more