Mereka bersandar pada hadits yang diriwayatkan Imam Muslim berikut ini.
حدثنا محمد بن المثنى: حدثنا محمد بن جعفر: حدثنا شعبة قال: سمعت عبدة بن أبي لبابة يحدث عن زر بن حبيش عن أبي بن كعب رضي الله عنه قال: قال أبي في ليلة القدر: والله إني لأعلمها: قال شعبة: وأكبر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها, هي ليلة سبع وعشرين (صحيح مسلم-كتاب الصيام-ص: ٤٨٨)
“Ubay berkata mengenai jatuhnya malam Lailatul Qadar, demi Allah aku tidak mengetahuinya. Syu’bah berkata: “Sepenuh pengetahuanku bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 yang mana Rasulullah memerintahkan kita untuk menghidupkan malam tersebut.”
Pendapat Kedua
Malam Lailatul Qadar jatuh pada setiap malam satu tahun penuh dan berpindah-pindah, hal tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ūd dan condong kepada pendapat Imam Abū Hanīfah.
Alasannya adalah karena ia tetap dan tidak diangkat, maka pendapat yang menentukan Lailatul Qadar adalah pendapat yang sangat lemah.
Pendapat Ketiga
Malam Lailatul Qadar jatuh pada satu bulan penuh bulan Ramadhan didasarkan pada firman Allah pada surat al-Baqarah ayat 184, di dalamnya Allah hanya menyebutkan waktu yang umum di seluruh bulan Ramadhan supaya manusia berusaha keras untuk mendapatkannya.
Pendapat Keempat
Malam Lailatul Qadar jatuh pada sepuluh akhir bulan Ramadhan, didasarkan pada hadits-hadits dalam kitab sahih, pendapat tersebut dikemukakan oleh Mālik, As-Syafi’i, Al-Auza’i, Ishāq, Abī Tsaur, Ahmad bin Hambal, pendapat inilah yang menjadi awal perbedaan penentuan Lailatul Qadar pada sepuluh akhir.
Load more