"Dalam konsep kraman, ada penggabungan antara religius dan humanitas, di mana nilai yang dianut yakni bela negara atau satria, atau protes terhadap hal-hal yang tidak seharusnya dan membela rakyat, dengan metode gerilya atau berpindah-pindah agar keberadaan Diponegoro sulit terdeteksi," tuturnya.
Selain perlawanan terhadap kolonialisme, Babad Ngayogyakarta juga menceritakan tentang pengumpulan kekuatan rakyat untuk berperang melawan kafir atau yang dalam Islam dikenal dengan fi sabilillah.
"Konsep beliau adalah menegakkan Islam. Jadi, Diponegoro selain dikenal sebagai kraman yang menentang Belanda, Babad tersebut juga mengisahkan dirinya yang mengajak masyarakat untuk berperang melawa kafir, yang merupakan ajakan atau simbol penting dalam ajaran Islam," kata Arsanti.(ant/bwo)
Load more