Sebagai umat Muslim, wajib bagi kita untuk meyakini apa yang ada di dalam Al-Quran termasuk kisah Nabi Idris. Kenabiannya perlu diimani oleh umat Islam sebagai bentuk taqwa atas perintah Allah SWT.
Nabi Idris adalah Nabi kedua yang disebutkan di dalam Al-Quran. Ada dua ayat di dalam Al-Quran yang menyebutkan tentang Nabi Idris serta menjelaskan bagaimana sesungguhnya karakter lelaki mulia kekasih Allah ini, yakni dalam Surah Maryam ayat 56 dan Surah Anbiya ayat 85.
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِدْرِيسَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. (Surah Maryam ayat 56)
وَاِسۡمٰعِيۡلَ وَاِدۡرِيۡسَ وَذَا الۡكِفۡلِؕ كُلٌّ مِّنَ الصّٰبِرِيۡنَ
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar. (Surah Al-Anbiya ayat 85)
Disebutkan bahwa Nabi Idris dilahirkan ke dunia di masa Nabi Adam masih hidup. Beliau merupakan orang yang jujur, sabar, dan luar biasa dalam kontribusinya kepada kemanusiaan. Sebab Nabi Idris diriwayatkan sebagai orang pertama yang memperkenalkan cara membaca dan menulis kepada manusia.
Nama Idris sendiri berasal dari kata 'Darasa' atau "Dars' yang artinya belajar. Hidup dan tumbuh sesuai namanya, Nabi Idris dikenal sebagai sosok yang senang belajar dan ahli mengkaji fenomena alam terutama ilmu falaq (perbintangan) dan matematika.
Karena pengetahuan ini Nabi Idris kerap menjadi rujukan terhadap suatu permasalahan. Beliau juga disebut merupakan orang pertama yang memanfaatkan ilmu perbintangan tersebut sebagai penunjuk arah, penentu waktu untuk bercocok tanam, hingga memprakirakan kondisi cuaca yang akan datang.
Selama 345 tahun Nabi Idris hidup, beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk berdakwah mengajarkan ketauhidan di wilayah Irak dan Mesir Kuno. Nabi Idris sendiri memperoleh wahyu pertama kali yang disampaikan oleh Malaikat Jibril pada usia 82 tahun. Namun ada pula yang mengatakan beliau menerima kenabian pada usia 40 tahun.
Awalnya, Nabi Idris dilahirkan di wilayah Babilonia (Irak Kuno) dan disitu pulalah beliau diutus oleh Allah untuk menyebarkan perintah dan larangan-Nya. Ia lahir di tengah-tengah masyarakat yang mulai melakukan kesyirikan dengan menyembah api. Namun pada akhirnya beliau harus berhijrah ke Memphis (salah satu kota di peradaban Mesir Kuno) karena penduduk babilonia yang menolak ajaran Nabi Idris.
Merunut dari Sahih Muslim, diriwayatkan oleh Malik Bin Anas, dalam peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad, Nabi Muhammad juga sempat bertemu dengan Nabi Idris di Langit Keempat.
Dalam kehidupan sehari-hari, Nabi Idris dikenal sebagai orang yang gemar beribadah kepada Allah. Dia juga selalu melakukan perbuatan baik seperti belajar dan menulis. Keterampilan-keterampilan itu pelan-pelan ia ajarkan kepada kaumnya.
Menurut hadith dari Abu Dharr, Nabi Idris juga merupakan Nabi yang diberi mukjizat menjadi orang yang pertama yang melakukan aktivitas menjahit pakaian. Sebelumnya, manusia hanya menutup bagian-bagian tubuh dengan dedaunan atau kulit hewan sekenanya. Ia juga kerap membagikan baju-baju layak pakai hasil jahitannya kepada orang-orang yang tak punya.
Pada suatu waktu, Nabi Idris menerima seorang tamu yang membawa banyak sekali makanan. Karena sopan santunnya kepada tamu, Nabi Idris pun menawarkan makanan itu kepada sang tamu yang lantas ditolaknya.
Nabi Idris sesungguhnya saat itu tidak sadar bahwa ia tengah berhadapan dengan malaikat maut yakni Malaikat Izroil yang menyamar.
Mereka berdua sempat berbincang-bincang dan berjalan-jalan di sekitar kediaman Nabi Idris. Setelah beberapa hari bersama Nabi Idris mulai curiga dengan sang tamu. Sebab, tamu itu tidak pernah menyentuh jamuannya sama sekali. Nabi Idris lantas bertanya karena diliputi rasa penasaran. Akhirnya Sang Malaikat Pencabut Nyawa mengakui siapa dirinya dengan jujur.
“Maaf Ya Nabi Allah. Aku sebenarnya adalah Malaikat Izroil,” jawab sang malaikat.
Tentu saja Nabi Idris terkejut mendengarnya, sebab Malaikat Izroil bertugas mencabut nyawa manusia. Ia mengira bahwa Malaikat Izroil diperintahkan oleh Allah untuk mencabut nyawanya. Ia pun memastikan lagi atas dasar apa beliau didatangi oleh Malaikat Izroil.
“Lantas apa maksud kedatanganmu kemari? Apakah kau ingin mencabut nyawaku?”
Malaikat Izroil menjawab, “Tidak, Ya, Idris. Kedatanganku memang untuk mengunjungimu karena saya rindu dan Allah telah memberikan izin.”
Setelah percakapan itu, Nabi Idris membuat satu permintaan. Dia ingin Malaikat Izroil mencabut nyawanya, kemudian menghidupkannya kembali. Sebagai Nabi yang haus akan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, Nabi Idris penasaran dengan sensasi sakaratul maut yang konon sangat dahsyat sakitnya. Namun, permintaan itu tidak segera dituruti oleh Malaikat Izroil. Sebab, segala hal yang dia lakukan hanya atas perintah Allah SWT.
Namun, Allah SWT pada akhirnya mengabulkan permintaan tersebut. Seketika, Malaikat Izroil pun mencabut nyawa Nabi Idris. Melihat sahabatnya kesakitan sedemikian rupa, Malaikat Izroil menangis. Setelah mati, dengan kehendak-Nya Allah SWT pun menghidupkan kembali Nabi Idris.
Nabi Idris lantas menangis sejadi-jadinya. Dia tidak bisa membayangkan apabila manusia-manusia lain mengalami sakaratul maut yang terasa sakit seperti dirinya. Rasanya sungguh dahsyat, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Nabi Idris pun merasa tidak tega apabila ada umatnya yang harus merasakan sengsara di penghujung antara hidup dan mati. Sejak saat itu, Nabi Idris semakin giat mengajak umatnya untuk senantiasa berbuat kebaikan, taat kepada Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sebelum berpulang ke Rahmatullah, Nabi Idris AS meninggalkan banyak pesan kepada umat manusia. Pesan-pesan tersebut berisi ajaran-ajaran agar manusia dapat hidup lebih layak. Salah satu di antaranya salat jenazah sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang meninggal dunia.
Ia juga mengingatkan kaumnya bahwa sebesar apa pun rasa syukur yang kita ucapkan sejatinya tidak akan mampu menandingi nikmat yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada umat manusia.
Selain itu, Nabi Idris juga menyerukan kepada umat manusia untuk selalu menyambut seruan Allah SWT secara ikhlas untuk salat, puasa, menaati semua perintah-Nya, serta menjauhi larangan-Nya. Kemudian, umat manusia juga diminta untuk menghindari hasad atau dengki kepada sesama manusia yang mendapat rezeki.
Nabi Idris juga mengingatkan bahwa kegiatan menumpuk harta sama sekali tidak bermanfaat bagi diri sendiri, kecuali membagikan harta tersebut kepada orang yang membutuhkan. Terakhir, kehidupan hendaknya dijalani dengan penuh hikmah dan kebajikan.
Demikian kisah Nabi Idris sesuai apa yang diriwayatkan oleh Al-Quran dan para ahli tafsir. Semoga kisah ini dapat mempertebal keimanan kita dan semoga umat Islam memiliki kepribadian yang haus ilmu seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Idris AS. (afr)
Load more