Suara bedug selalu dinantikan oleh umat Muslim, terlebih di bulan suci Ramadhan seperti ini. Bulan Ramadhan diakhiri dengan hari kemenangan bagi umat Muslim, satu hari sebelum menuju hari kemangan biasanya umat Muslim melakukan budaya menabuh bedug sambil menyuarakan takbir dengan berulang-ulang sampai menjelang sholat Idul Fitri tiba.
Selain itu bedug juga menjadi suatu tanda pengingat sholat 5 waktu. Setiap waktu sholat pasti bedug akan dipergunakan, cara mempergunakan bedug yaitu dengan dipukul.
Bentuk bedug seperti alat musik tabuh persis gendang hanya saja bentuknya agak lebih besar dan bundar. alat ini terbuat dari sepotong bahan kayu besar atau pohon enau. Pohon enau adalah tanaman perkebunan yang menghasilkan pati dan gula. Yang sering dikenal dengan sebutan pohon aren.
Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang antara lain kulit kambing, sapi, kerbau, dan banteng yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila dipukul, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.
Bedug merupakan instrumen musik trasional yang sudah di pergunakan sejak ribuan tahun lalu. Pada zamannya bedug dijadikan alat komunikasi tradisional terutama di Asia Timur seperti Cina, Korea dan Jepang dijadikan alat ritual keagamaan mereka.
Di Indonesia bedug sudah menjadi alat yang harus ada di masjid-masjid, biasanya bedug diletakan di depan sisi masjid dan dibiarkan tergantung dilengkapi dengan pemukul bedug.
Awal sejarah bedug di Indonesia ternyata dibawa oleh Cina. Pria Bernama Cheng Ho dan pasukannya pernah datang sebagai utusan Maharaja Ming yaitu dinasti Cina yang memiliki ikatan erat dengan Islam selain itu juga karena Cheng Ho beragama Islam. Pria itulah yang memperkenalkan bedug terutama di wilayah pulau Jawa, dengan cara memukul bedug dia bisa memberikan komando untuk tanda baris-berbaris ke tentara yang sedang mengiringinya.
Bedug menjadi bagian dari ritual keagamaan Islam pada saat itu karena, disaat segala kepentingan Cheng ho telah selesai. Cheng ho berniatan memberikan tanda buah tangan sebagai bentuk terima kasihnya kepada raja di Semarang saat itu.
Raja di Semarang malah menolaknya, yang dia inginkan hanyalah pukulan suara bedug, dan bisa didengarkan langsung di masjid, dengan rasa haru Cheng Ho menyetujui permintaan sang raja di Semarang.
Seiring dengan berjalannya waktu, bedug juga menjadi media untuk berkesenian oleh Wali Songo, utamanya Sunan Kalijaga memanfaatkan bedug untuk menyampaikan pesan keagamaan pada zaman itu.
Sehingga sampai saat ini bedug menjadi salah satu budaya di Indonesia untuk mengingatkan waktu sholat sebelum adzan berkumandang.
Ternyata penemuan bedug ini sempat ada perselisihan paham, bedug di sebut-sebut menjadi alat komunikasi peninggalan hindu, sampai ada salah satu umat muslim yang marah karna ada peninggalan hindu di daerahnya hingga merusak bedug yang terdapat di Masjid dekat rumahnya.
Berdasarkan pernyataan seorang Arkeolog lulusan Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, akar sejarah bedug sudah dimulai sejak masa prasejarah, tepatnya dizaman logam, dan disaat itu manusia telah mengenal nekara dan moko yang terbuat dari perunggu, yang banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, fungsinya untuk acara keagamaan dan memanggil hujan
Pada zaman hindu, bedug masih terbatas dan penyebarannya belum merata, jadi kesimpulannya adalah bedug memang sudah ada dan bukan peninggalan dari agama hindu.
Kata Bedug juga dibahas dalam kidung Malat, sebuah karya sastra berbentuk kidung, kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Umunya ditulis pada zaman Mahapahit, dengan kurun waktu abad ke 14 sampai16 Masehi.
Dalam Kidung Malat dijelaskan, instrumen musik bedug dibedakan antara bedug besar yang diberi nama teg-teg dengan bedug ukuran biasa, namun kencang bunyinya bedug tetap sama.
Menabuh bedug terlihat mudah dan tidak harus memiliki keahlian khusus, tapi ternyata menabuh bedug memiliki makna yang cukup menarik.
Makna menabuh bedug yaitu sebagai ungkapan suka cita telah datangnya bulan suci Ramadhan, bulan yang dinanti-nanti oleh semua umat Muslim, sebagaimana sesuai dengan ajaran Islam. Makna tradisi menabuh bedug lainnya yaitu sebagai simbol silaturahim antara raja dengan para abdi dalam dan warga sekitar pada zaman itu.
Makna bedug juga agar mendapatkan hikmah. Hikmah yang bisa dipetik dari melaksanakan tradisi menabuh bedug adalah bisa bersilaturahim bersama abdi dalam dan masyarakat, lewat tradisi ini mereka bisa berkumpul dalam waktu yang bersamaan.
Semoga informasi diatas bisa menambah wawasan kamu dan semakin semangat untuk menyambut hari yang suci ini. (ayu)
Load more