Sedangkan di dalam sunnah, Nabi saw. bersabda,
"Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang telah mampu kebutuhan pernikahan maka menikahlah. Karena menikah itu dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga alat vital. Barangsiapa yang belum mampu menikah maka hendaknya dia berpuasa, karena itu merupakan obat baginya.” (HR Bukhari-Muslim)
Sejalan dengan itu, para ulama juga telah bersepakat bahwa pernikahan merupakan hal yang disyariatkan.
Menurut kebanyakan para ulama fiqih, hukum pernikahan adalah wajib, jika seseorang yakin akan jatuh ke dalam perzinahan seandainya tidak menikah. Kondisi dimana seseorang sulit menahan hawa nafsunya, maka pernikahan merupakan sesuatu yang wajib.
Namun dengan catatan, ia mampu untuk memberikan nafkah kepada istrinya berupa mahar dan nafkah batin serta hak-hak pernikahan lainnya.
Mengutip pernyataan Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, jika berada dalam dua kondisi di atas, kemudian ia juga tidak mampu menjaga dirinya untuk terjatuh ke dalam perbuatan hina dengan cara berpuasa dan lainnya, maka satu-satunya cara adalah menikah.
Itu karena ia diwajibkan untuk menjaga kehormatan dirinya dari perbuatan haram. Segala sesuatu yang merupakan sarana untuk kesempurnaan sebuah kewajiban maka ia hukumnya wajib pula. Menurut jumhur ulama antara wajib dan fardhu tidak ada perbedaan.
Load more