Hal tersebut merupakan suatu partisipasi dalam menjaga kearifan lokal yang bernilai sejarah. Dirinya pun mengajak seluruh elemen masyarakat agar terus melestarikan budaya tersebut yang sekaligus sebagai wujud syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
"Semangat luar biasa masyarakat, tidak peduli panas hujan, yang penting semangat kebersamaan masyarakat Loram Kulon. Adanya festival dan expo merupakan bentuk rasa syukur dengan hasil bumi yang melimpah ruah," ujarnya.
Bertepatan dengan momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad, Hartopo juga mengajak seluruh masyarakat untuk meneladani sifat-sifat mulia Rasulullah.
Maka dari itu, Tradisi Ampyang Maulid merupakan momentum untuk berbagi kepada sesama. Dimana terdapat ratusan nasi kepel yang dibagikan kepada masyarakat.
"Momentum kelahiran Rasulullah, perlu harus kita ingat dan teladani sifat-sifat Rasulullah sebagai panutan seluruh umat Islam," pesannya.
Sementara, Kepala Desa Loram Kulon Taslim, menjelaskan bahwa tradisi ampyang maulid merupakan bentuk pelestarian budaya warga Loram Kulon. Nasi kepel yang dijadikan ikon dalam perayaan ini memiliki sejarah panjang sejak masa penjajahan.
Masyarakat meyakini dengan sedekah nasi kepel setiap ada hajat, diharapkan bisa mendapat berkah dan kelancaran dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Load more