tvOnenews.com - Hal unik terjadi saat pengalungan medali untuk cabang olahraga atletik nomor jalan cepat 20 kilometer putra SEA Games.
Podium atlet hanya diterangi oleh lampu sorot mobil karena mati listrik saat pengalungan medali.
Namun Hendro Yap yang meraih medali emas memilih untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Menurutnya, ini menjadi pelajaran agar Kamboja bisa menyelenggarakan kegiatan olahraga yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang.
"Saya memaklumi, karena ini kan SEA Games pertamanya Kamboja ya. Jadi dia belajar. Jadi bukannya kita menjatuhkan mereka, tapi kita harus support karena mereka masih perlu banyak perbaikan," kata Hendro.
"Karena menurut saya bukan mencari siapa yang salah, tetapi bagaimana solusinya nanti ke depan mereka," kata Hendro.
Atlet yang telah meraih lima medali emas di SEA Games itu menyatakan kendala utama untuk merebut penghargaan tertinggi di ajang pesta olahraga Asia Tenggara kali ini adalah suhu panas yang sangat tinggi, terutama bagi atlet nomor jarak jauh seperti dirinya.
"Saya start di 39 (derajat celcius) pukul 4.20. Tapi feels like-nya itu kayak panas sekitar ditambah kelembaban, itu jadi 46 (derajat celcius). Itu sangat menggigit sekali. Dan itu mungkin tidak dipersiapkan oleh negara-negara lain, jadi kemarin keberuntungan saya juga lah," ucap atlet 32 tahun itu.
Hendro kemudian menjelaskan bahwa suhu panas itu sempat membuatnya dehidrasi tinggi, yang mengakibatkan dirinya sulit bernafas pada kilometer ke-19. Untunglah setelah mendapatkan air di water station, ia dapat kembali bernafas normal untuk kemudian memaksakan diri menyelesaikan lomba.
"Target saya di bawah satu jam 30 (menit). Nah ini kan kemarin jalan satu jam 40 (menit) kan. Karena kemarin saya mempertimbangkan bahwa saya mau medali atau saya mau catatan waktu. Kalau saya mau catatan waktu, saya belum tentu finis," kata Hendro.
Olahraga jalan cepat disadari Hendro bukan merupakan olahraga yang populer di Indonesia. Untuk itu, ia menawarkan ide kepada para pemangku kepentingan agar jalan cepat dan olahraga-olahraga lain yang kurang populer, dapat semakin dikenal oleh masyarakat.
"Saya pernah mengusulkan dan memberikan ide begini. Harus ada study tour ke federasi-federasi. Jadi misalkan anak kelas empat SD study tournya ke federasi karate, atau renang, jadi pelatnas-pelatnas mana di Jakarta gitu, tempat latihan mereka jadi study tour gitu," kata Hendro.
Hendro mengakui cara itu bisa membuat anak-anak mengenal lebih jauh soal olahraga yang tidak populer di Indonesia.
"Nah untuk apa? Agar mereka mengenal ada judo, ada senam, oh ada atletik, oh atletik tuh ada nomor apa saja," papar atlet yang pertama kali tampil di SEA Games pada 2011 silam itu.
(ant/hfp)
Load more