Jakarta - Kisah sukses Indonesia di ajang olimpiade bersemi di Barcelona 1992, tidak bisa dilepaskan dari tunggal Putra Bulutangkis Indonesia, Trio Alan Budikusuma, Ardy Wiranata dan Hermawan Susanto. Ketiganya berhasil mengobrak-abrik dominasi China dan mempersembahkan medali bagi bumi pertiwi.
Nomor tunggal putra merupakan nomor primadona di cabang olahraga bulutangkis olimpiade 1992. Sejumlah pemain hebat saling beradu skill. Di luar trio Indonesia, pemain papan atas yang tampil saat itu cukup banyak, Cina diwakili Zhao Jian Hua, Wu Wenkai dan Liu Jun. Malaysia, punya Rashid Sidek dan Foo Kok Keong. Dan Denmark, Paul Erik Hoyer Larsen dan Thomas Steur Lauridsen.
Dari seabrek pebulutangkis top, Zhao Jian Hua menjadi unggulan pertama dan memiliki peluang meraih emas terbesar saat itu. Namun tanpa diduga, pemain kidal China ini berhasil ditaklukkan oleh Hermawan Susanto, melalui pertarungan rubber set, Hermawan melibas Zhao, 15-2, 14-17 dan 17-14.
Meski kalah di semifinal melawan Ardy Wiranata, dan hanya meraih medali perunggu, kiprah Hermawan menghentikan langkah Zhao Jian Hua menjadi kunci kesuksesan nomor tunggal putra kala itu. Medali emas sendiri menjadi milik Alan Budikusuma. Sedangkan Ardy harus puas mendapatkan medali perak.
Lalu apa kegiatan Hermawan saat ini? Pria kelahiran Kudus, 27 September 53 tahun lalu itu melakoni masa pensiunnnya tak jauh-jauh dari olahraga tepok bulu.
Keponakan legenda Bulutangkis, Liem Swie King itu sibuk melatih di PB Sarwendah. Yang menarik, ia mengadopsi program latihan dari pelatih kenamaan, almarhum Indra Gunawan.
Untuk pelatihan fisik, ia banyak belajar dari pelatih kawakan Tahir Djide. Seperti diketahui Indra Gunawan maupun Tahir Djide melahirkan pemain-pemain bintang, sekelas Alan Budikusuma, Haryanto Arbi, hingga Lee Chong Wei. (filipus yonaso/ wnb)
Load more