Jakarta - Dalam mempersiapkan IFSC World Cup 2022, FPTI menegaskan pembinaan atlet panjat tebing sesuai dengan desain besar olahraga yang dirancang Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
"Jadi kita menggunakan metode sport science dan pembinaannya juga jangka pendek sehingga kita kejar dengan latihan yang sangat intens, terutama untuk atlet-atlet yang tergabung dalam pelatnas," ujar Yenny Wahid, selaku Ketua Umum FPTI, Rabu (14/9/2022), di Kantor Kemenpora RI.
Perekrutan atlet dengan metode sport science dilihat dari banyak hal seperti kesiapan, performa, dan mental. Tujuan metode ini adalah untuk meningkatkan prestasi atlet dan membantu dalam proses pelatihan bagi para pelatih.
"Kalau dia ga disiplin ya akan susah, karna atlet harus disiplin untuk bisa sukses sampai tingkat paling atas," katanya.
Yenny menjelaskan kebiasaan dispilin yang dilakukan oleh para atlet mulai dari tidur minimal 8 jam sehari, gizi yang seimbang, dan kesehatan mental yang terjaga.
"Lalu mentalnya juga ada psikolog yang mendampingi, sampai dokter juga siap mendampingi," jelasnya.
"Jadi dari umur 9, 11 tahun, itu sudah kita buatkan kejuaraan-kejuaraan sirkuit, kejuaraan kelompok umur, nah dari situ ada bibit baru," ungkapnya.
Hasil pembinaan dengan metode sport science terlihat dari pemegang rekor dunia, Kiromal Katibin, yang berhasil menorehkan prestasi kembali untuk kali kelima di IFSC World Cup 2022 dengan mencatatkan waktu 5 detik. Kiromal memulai pelatihan dari umur 9 tahun. (hsn/mir)
Load more