Sleman, DIY - Konflik antara managemen PSS Sleman dengan suporter kian meruncing sebagai buntut hasil buruk di awal musim. Suporter meminta pelatih Dejan Antonic dan pemain Arthur Irawan mundur dari PSS karena dianggap gagal mengangkat performa tim.
Suporter dari Slemania dan Brigata Curva Sud (BCS) membuat trending media sosial Twitter dengan tagar #DejanOut dan #ArthurOut. Para suporter juga sempat mendemo kantor PSS di kawasan Randugowang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman pada Kamis (30/9) malam.
Pasca konflik ini, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo bersama Wakil Bupati Danang Maharsa dan Ketua DPRD Haris Sugiarta turun tangan dengan memanggil managemen PSS ke Rumah Dinas Bupati, Jumat (01/10) sore. Sementara managemen PSS diwakili Hempri Suyatna, Andi Wardana dan Yoni Arseto.
"Kami meminta penjelasan dari internal manajemen terkait kemarahan suporter di media sosial dan kerumunan di Omah PSS tadi malam," kata Kustini.
Menurut Kustini, kemarahan suporter tersebut, salah satunya diakibatkan statement Direktur Utama PT PSS, Marco Gracia Paulo, yang akan menuruti permintaan suporter namun dengan konsekuensi Homebase PSS akan dipindah ke kota lain. Pernyataan tersebut dianggap melukai hati para suporter yang telah setia mendukung klub asli Sleman tersebut.
"Sore ini melalui telfon, kami minta pak Marco untuk meminta maaf. Dan kami minta dilakukan segera. Serta saya pastikan Homebase PSS tetap di Sleman," jelasnya.
Dari hasil pertemuan ini, managemen menyampaikan jika statement itu merupakan pernyataan pribadi Marco dan bukan dari hasil rapat bersama direksi. Hal itu spontan diucapkan, karena adanya berbagai tekanan dari suporter terkait rentetan hasil buruk yang diterima PSS pada beberapa laga pembuka di kompetisi BRI Liga 1.
Load more