Klub-klub yang dibentuk oleh BUMN tertentu, pasti memiliki batas anggaran yang bisa dikeluarkan. Termasuk tentunya LavAni yang pembiayaannya atas dasar sponsorship.
Beredar luas pula bahwa salary atau gaji untuk pemain asing juga memiliki peningkatan yang sangat tajam, di luar kemampuan klub-klub yang ada di Tanah Air.
Saya menyarankan agar PBVSI memikirkan adanya salary cap atau batas maksimal gaji bagi pemain asing. Gaji pemain asing yang sangat luar biasa besarnya menurut saya tidak tepat dan justru menimbulkan kesenjangan yang makin tinggi dengan gaji atlet lokal yang prestasinya juga tidak selalu kalah dengan atlet asing.
Peningkatan gaji atlet asing yang tidak dibatasi ini, patut diduga menyebabkan demotivasi di kalangan klub bola voli di Tanah Air karena merasa tidak mampu lagi untuk bersaing di kancah Proliga. Untuk kita ketahui bersama, kebijakan menetapkan salary cap ini juga lazim diterapkan di negara-negara lain.
Hal lain yang perlu diatur oleh PBVSI, termasuk segi-segi pengawasan, adalah kepatuhan klub bola voli untuk menghormati kontrak antara atlet dengan klub bola voli.
Kita semua harus menghormati kontrak tersebut dan jangan sampai pihak tertentu melakukan pemaksaan dan pelanggaran kontrak dengan menggunakan “kekuasaan”.
Saya juga mengikuti dalam Proliga 2025 mendatang ada perubahan kebijakan PBVSI tentang ketentuan penggantian atlet asing dan atlet lokal.
Menurut saya, PBVSI perlu menjelaskan alasan dilakukannya perubahan tersebut agar tidak mendatangkan praduga yang tidak baik. Jangan sampai ada pandangan aturan tersebut diubah untuk kepentingan klub-klub tertentu.
Load more