Dia lahir di Sydney pada 14 Juni 1993 dan seorang keturunan Yunani. Ya, kakek dan nenek Kambosos dari sang ayah pindah dari Sparta ke Australia.
Tampak jelas pada tubuh Kambosos terdapat tato perang Spartan yang terkenal "jangan pernah mundur, jangan pernah menyerah" sebaai bentuk penghormatan kepada leluhurnya.
Sebelum beralih ke dunia profesional, dia lebih dulu naik ring di level amatir dan mencatatkan rekor 85 kemenangan dalam 100 pertandingan.
Kemudian dia menjejaki karier tinju profesional pada 18 Mei 2013 atau tepatnya saat berusia 19 tahun. Dalam debutnya, dia mengalahkan petinju asal Filipina Jayson Mac Gura dengan hasil TKO ronde kedua di Croatian Club, Punchbowl, Australia.
Kariernya terbilang moncer. Satu per satu, petinju 28 tahun itu mengalahkan lawannya. Dengan postur 176cm dan jangkauan 173cm, Kambosos menjelma menjadi idola tinju di Negeri Kanguru.
Dia juga pernah menjadi mitra tanding utama dari Manny Pacquiao saat akan melakoni duel melawan Jeff Horn.
Kemudian puncak karier terjadi saat dia secara mengejutkan dengan mengalahkan Teofimo Lopez di Madison Square Garden Theater, New York, 27 November 2021. Laga terakhirnya ini sekaligus menobatkan Kambosos sebagai pemegang gelar WBA Super, IBF, dan WBO divisi ringan.
Tak perlu waktu lama, Kambosos pun dengan berani langsung menantang pemegang gelar juara dunia lainnya di kelas ringan yakni Haney untuk membuktikan dirinya layak menjadi yang terbaik di divisi tersebut.
Berbicara mengenai laga kali ini, Kambosos mengatakan bahwa untuk bisa berada di titik ini butuh perjuangan keras.
"Ini adalah perjalanan panjang dan perjuangan berat. Semua orang tahu saya siap untuk duel nanti. Semua momen berat membuat saya siap untuk laga ini. Saya akan kembali mengejutkan dunia," ujar Kambosos.
Load more