Namun, masih ada pemain Rusia yang bermain di lapangan rumput yang terkenal itu setelah Rybakina memilih bermain di bawah bendera Kazakhstan sejak 2018 ketika dia terlunta-lunta pada peringkat 175 dunia.
Empat tahun kemudian, Rybakina mempersembahkan gelar juara Grand Slam pertama untuk Kazakhstan dan sekaligus mengeduk hadiah senilai 2,4 juta dolar AS (Rp35,59 miliar).
Sepanjang turnamen dia senantiasa dilabeli kata "petenis kelahiran Rusia" yang sepertinya untuk menegaskan ironi larangan kepada petenis Rusia.
Tetapi petenis putri bertinggi 1,84 meter itu menegaskan bahwa dia sepenuhnya untuk Kazakhstan.
"Saya bermain untuk Kazakhstan sejak lama. Saya senang sekali bisa mewakili Kazakhstan," kata petenis berperingkat 23 dunia itu setelah mengalahkan Simona Halep dalam semifinal.
"Mereka (Kazakshtan) mempercayai saya," sambung dia seperti dikutip ESPN, seolah membuat ironi lain untuk nasib hidupnya yang pernah ditolak federasi tenis Rusia sehingga terdorong pindah kewarganegaraan ke Kazakhstan yang 19 persen berpenduduk beretnis Rusia dan berbatasan dengan Rusia di utara.
Rybakina enggan terus-terusan ditanya berapa lama menghabiskan waktu di Moskow yang sampai kini menjadi tempat tinggal utamanya. Rybakina berkilah bahwa dia lebih sering berlatih di Slovakia dan Dubai.
Bukan cuma Rybakina
Bukan hanya Rybakina petenis asal Rusia yang membela Kazakhstan. Masih ada pemain-pemain seperti Alexander Bublik, Dmitry Popko dan Mikhail Kukushkin yang adalah tiga teratas sektor putra di Kazakhtan. Kukushkin yang kini berusia 34 tahun bahkan sudah memegang paspor Kazakhstan sejak 2008.
Load more