Penilaian Tyson begitu komplit karena si Leher Beton itu sudah lebih dari sebulan melatih Francis Ngannou. Tyson juga memuji keinginan belajar anak asuhnya demikian tinggi. Tak heran Ngannou mau berlatih melebihi jam yang seharusnya. Maka, tak berlebihan jika Tyson menyebut kunci sukses Ngannou ada pada tekadnya.
Secara spesifik “Iron” mengatakan tidak hanya terkesan dengan kekuatan dan sifat atletis Ngannou, namun lebih dari itu adalah tekadnya, kemampuannya untuk belajar, dan dorongan keseluruhannya untuk sukses. "Saya yakin, Ngannou akan keluar dari ring dengan kepala tegak," sambung Mike Tyson.
Efektif, Efisien, Akurasi
Ngannou dalam latihan yang dipandu si Leher Beton, memperlihatkan dan menerapkan ilmu sang pelatih dengan baik. Efektivitas, efisiensi, dan akurasi menjadi andalan utamanya.
Tyson, menerapkan pola efektif, efisien, dan akurasi. Ngonnou sendiri mengaku sangat terkesan dengan pola latihan seperti itu. "Saya tidak perlu memukul secara bertubi-tubi. Pukulan harus tepat sasaran sekaligus penekanan besar pada setiap pukulan," ujar Ngonnou.
Rusuk terbawah menjadi titik yang terus-menerus dijadikan sasaran. Sekuat apa pun seseorang, jika tulung rusuk terbawah dibenturkan dengan hook yang keras dengan akurasi penuh, maka dia akan terjungkal.
Tyson juga meminta the Predator (Sang Pemangsa) julukan Francis Zavier Ngonnou untuk bermain dengan gaya Swarmer atau Fighter sebagai mana Mike Tyson. Gaya yang mengandalkan pertarungan jarak dekat. Apalagi, Ngannou memang kalah tinggi dibanding Fury (193 cm dan 206 cm).
Bedanya dengan Tyson, Ngannou bertekad akan memainkan cara efektik (memukul jika memang ada peluang), efektif (setiap pukulan harus sesuai kesempatan), dan akurat/akurasi (memukul dengan sasaran yang tepat). Sementara jika murni gaya Swarmer/fighter volume pukulan akan sangat banyak.
Load more